Sudah Olahraga, Tapi Tetap 'Bakar Uang' Lewat Rokok, Apa Dampaknya?

Minggu, 13 Maret 2022 | 14:16 WIB
Sudah Olahraga, Tapi Tetap 'Bakar Uang' Lewat Rokok, Apa Dampaknya?
Ilustrasi rokok (pexels) /Irina Iriser/sumaiyah.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekitar 90 juta orang Indonesia dikabarkan menjadi perokok aktif, dengan total belanja rokok mencapai Rp 1 triliun lebih setiap tahunnya. Dengan anggapan mereka merokok 12,3 batang sehari dan harga rokok "hanya" Rp1.000 sebatang. Data tersebut merupakan hasil Riskesdas Kementerian Kesehatan pada 2013.

Namun, pandemi Covid-19 mendorong masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat, salah satunya dengan berolahraga untuk menjaga kebugaran dan meningkatkan imunitas tubuh.

Meski sudah teratur berolahraga, namun terkadang kebiasaan-kebiasaan yang dapat berisiko mengganggu kesehatan masih sulit untuk ditinggalkan, salah satunya merokok.

Apa saja risiko rokok terhadap tubuh kita? Simak penjelasan para pakar kesehatan di bawah ini agar lebih paham dampak aktivitas merokok terhadap kondisi fisik.

Baca Juga: Naiknya Tarif Cukai CHT Saat Ini Picu Peredaran Rokok Murah

Daya Tahan Tubuh Menurun

Seperti dilansir dari situs resmi Cleveland Clinic, Minggu (13/3/2022) merokok mempengaruhi banyak aspek pada tubuh, termasuk daya tahan fisik. Jika merokok, Anda mendapatkan lebih sedikit oksigen bagi jantung, paru-paru, dan otot sehingga mengurangi kebugaran.

Karbon monoksida yang terkandung dalam asap rokok mengikat sel darah merah sehingga oksigen yang seharusnya didistribusikan ke jantung, paru-paru, otot, dan jaringan tubuh lainnya tidak dapat tersalurkan secara maksimal.

Kondisi ini menyebabkan peningkatan asam laktat, zat yang menyebabkan otot terasa lelah, pernapasan lebih berat, dan peningkatan rasa sakit setelah berolahraga.

“Penurunan oksigen mengurangi daya tahan fisik Anda sehingga lebih sulit untuk berolahraga dengan baik. Kondisi ini juga membuat Anda kesulitan dalam menjalankan aktivitas harian seperti naik tangga,” demikian penjelasan laman Cleveland Clinic.

Baca Juga: Kemenkes Catat Kasus Positif Covid-19 di 25 Provinsi Sudah Menurun

Detak Jantung Tinggi

Tak hanya itu, detak jantung perokok juga lebih tinggi daripada non-perokok karena penurunan kadar oksigen. Hal ini mengindikasikan jantung Anda harus bekerja lebih keras untuk mendistribusikan oksigen ke seluruh bagian tubuh.

Peradangan Tulang dan Sendi

Banyak yang mengira bahwa merokok hanya menyebabkan peradangan pada paru-paru. Namun, merokok juga mempengaruhi tulang dan sendi Anda sehingga meningkatkan risiko osteoporosis, nyeri punggung, hingga rheumatoid arthritis (peradangan sendi dan keseleo).

Jika ada keluarga, sahabat, bahkan Anda sendiri mengalami kesulitan meninggalkan kebiasaan merokok, sebaiknya coba langkah-langkah berikut untuk kurangi risikonya.

Berhenti Merokok

Dengan potensi risiko yang besar terhadap daya tahan fisik, Anda sebaiknya berhenti merokok secara total, meskipun tidak mudah. Cobalah untuk berkonsultasi dengan dokter ataupun konselor maupun para ahli untuk membantu Anda berhenti merokok.

“Setelah memutuskan berhenti, mayoritas orang yang menemui penasihat akan melalui bulan pertama tanpa merokok,” kata Jennifer Percival, yang melatih para penasihat dalam program berhenti merokok, seperti dikutip dari situs resmi nhs.uk.

Namun jika berhenti merokok secara langsung sulit dilakukan, cobalah beralih ke produk tembakau alternatif seperti produk tembakau yang dipanaskan, vape, maupun kantong nikotin. Produk-produk alternatif ini lebih rendah risikonya daripada rokok karena tidak melalui proses pembakaran.

“Ini memungkinkan Anda untuk memperoleh nikotin tanpa sebagian besar zat berbahaya dari merokok, karena tidak mengandung TAR atau karbon monoksida.  Penelitian juga telah membuktikan bahwa produk ini membantu Anda berhenti merokok,” demikian pernyataan NHS di laman resmi mereka.

Rutin Olahraga

Selanjutnya, Anda dapat mulai berolahraga sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik masing-masing. Jika perlu, bisa melakukan konsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk dapat ‘lampu hijau’. Jika sudah menemukan program yang sesuai, Anda bisa mulai rutin melakukan aktivitas olahraga secara reguler.

Tidak harus yang berat, lakukan dulu yang ringan dengan perlahan.

“Misalnya, berjalan selama 10 menit hingga 20 menit dalam 3 atau 4 hari seminggu. Saat kebugaran meningkat, tambahkan durasi dan intensitas kardio. Dengan olahraga teratur, Anda akan merasa lebih baik,” seperti dikutip dari livestrong.  

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI