Konflik Rusia - Ukraina Bisa Picu Kelangkaan Pangan dan Kudeta di Berbagai Negara

M Nurhadi Suara.Com
Kamis, 10 Maret 2022 | 12:04 WIB
Konflik Rusia - Ukraina Bisa Picu Kelangkaan Pangan dan Kudeta di Berbagai Negara
Seorang warga sipil berlatih melempar bom molotov untuk mempertahankan kota ketika invasi Rusia ke Ukraina terus berlanjut, di Zhytomyr, Ukraina, 1 Maret 2022. (ANTARA/Reuters/Viacheslav Ratynskyi/as)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Operasi militer Rusia yang memicu kenaikan harga energi dan pangan hingga dikhawatirkan memperburuk masalah keamanan pangan yang ada di Timur Tengah dan Afrika.

"Akan ada konsekuensi penting bagi Timur Tengah, untuk Afrika, Afrika Utara dan Afrika sub-Sahara, khususnya yang telah mengalami kerawanan pangan," kata kepala ekonom Bank Dunia Carmen Reinhart kepada Reuters dalam sebuah wawancara.

"Saya tidak ingin menjadi melodramatis, tetapi tidak terlalu jauh bahwa kerawanan pangan dan kerusuhan adalah bagian dari cerita di balik Musim Semi Arab," sambung dia.

Ia menambahkan, kudeta yang berhasil dan tidak berhasil telah meningkat selama dua tahun terakhir.

Baca Juga: Bantu Anak-anak di Ukraina, Binance Sumbang Aset Kripto Rp 36 Miliar

Musim Semi Arab mengacu pada serangkaian protes dan pemberontakan pro-demokrasi yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara mulai tahun 2010, dimulai di Tunisia dan menyebar ke lima negara lain yaitu Libya, Mesir, Yaman, Suriah, dan Bahrain.

Lonjakan harga-harga pangan secara tiba-tiba dapat menyebabkan keresahan sosial, seperti yang terjadi pada 2007-2008 dan lagi pada 2011, ketika kenaikan harga-harga pangan global dikaitkan dengan kerusuhan di lebih dari 40 negara.

Data Bank Dunia pada Februari lalu menyebut, komoditas pertanian sudah 35 persen dari target karena perang Rusia dan Ukraina yang keduanya pengekspor utama gandum, jagung, barley dan minyak bunga matahari.

Lonjakan harga-harga energi dan pangan juga dapat mendorong pembuat kebijakan untuk menerapkan lebih banyak subsidi, kata para ahli, menambah utang besar banyak negara berpenghasilan rendah, dimana sekitar 60 persen di antaranya sudah atau hampir mengalami kesulitan utang.

Bank Dunia bulan lalu memperingatkan dampaknya bisa sangat keras di Timur Tengah dan Afrika Utara, dimana negara-negara seperti Mesir mengimpor hingga 80 persen gandum mereka dari Ukraina dan Rusia. Mozambik juga merupakan importir besar gandum dan minyak.

Baca Juga: The Best 5 Oto: Donasi Lamborghini dan Ferrari untuk Warga Ukraina, General Motors Lahirkan Brand Premium Halo Cars

Reinhart mengatakan negara-negara Asia Tengah juga menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan, mengingat hubungan ekonomi dan perdagangan yang erat dengan Rusia, yang diperkirakan Dana Moneter Internasional (IMF) akan mengarah ke resesi tahun ini sebagai akibat dari sanksi Barat.

"Ini memukul mata uang mereka, dan sudah ada tanda-tanda penarikan di bank-bank, masalah kepercayaan, ditambah dengan kerawanan pangan, dan (penurunan) pengiriman uang," katanya, menyinggung potensi arus pengungsi sebagai komplikasi lebih lanjut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI