Suara.com - Usai Jerman dan Hungaria yang memutuskan untuk tidak setuju dengan keputusan NATO yang ingin memblokir energi Rusia melalui sanksi energi. Kini Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson turut angkat bicara.
Boris Johnson dalam salah satu wawancara terkait potensi sanksi terhadap energi Rusia mengaku, hal tersebut belum terpikirkan olehnya dan saat ini menyadari ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan kembali.
“Kita harus mempertimbangkan bagaimana kita semua bisa menjauh secepat mungkin dari ketergantungan, ketergantungan pada hidrokarbon, serta minyak dan gas dari Rusia. Semua orang (warga Inggris kebanyakan) membutuhkan (pasokan energi). Beberapa negara akan menemukan alternatif lebih cepat dibandingkan yang lain," ujar dia dalam konferensi pers disiarkan pada Senin lalu.
Sebelumnya, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengaku khawatir dengan pasokan energi di negaranya dan menyebut Eropa akan kesulitan jika tidak dapat mengamankan pasokan energi dari Rusia.
Scholz juga menambahkan, energi dari Rusia sangat penting bagi negaranya demi memenuhi kebutuhan warganya.
Secara terpisah, Menteri Keuangan Hongaria Mihaly Varga mengatakan pemerintahnya tidak akan mendukung sanksi apapun terhadap energi Rusia.
Dalam sebuah video Facebook yang diposting Senin, dia berbicara tentang kerusakan substansial sanksi yang ada terhadap Rusia terhadap ekonominya.
"Mereka yang meminta perluasan sanksi, ingin rakyat Hongaria membayar harga perang," sebutnya.
Perlu diingat, sebagian besar kebutuhan gas berbagai negara di Eropa saat ini dipenuhi oleh Rusia. Sementara, negara yang dipimpin Vladimir Putin itu juga memenuhi 27 persen kebutuhan minyak.
Baca Juga: Hari Perempuan Internasional, Seruni Soroti Dampak Perang Rusia-Ukraina Hingga Krisis Minyak Goreng
Sehari sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada CNN bahwa AS bekerja dengan sekutunya di Eropa untuk melihat kemungkinan pelarangan impor minyak Rusia dalam upaya untuk lebih menghukum negara itu.
Dampak larangan impor minyak Rusia akan berdampak terbatas di AS mengingat Rusia mewakili kurang dari 2% dari keseluruhan impor minyaknya.