Bisnis Otomotif Dalam Negeri Terancam Melemah Akibat Operasi Militer Rusia

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 02 Maret 2022 | 15:09 WIB
Bisnis Otomotif Dalam Negeri Terancam Melemah Akibat Operasi Militer Rusia
Ilustrasi pekerja sedang merakit mobil di sebuah pabrik otomotif. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Industri otomotif dalam negeri menurut asisten Peneliti Departemen Ekonomi Center for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Lestary J Barany akan melemah akibat konflik antara Rusia dan Ukraina.

Penyebabnya, Rusia merupakan penyedia 40 persen kebutuhan paladium dunia saat ini. Padahal negara itu saat ini mendapatkan sanksi dari sejumlah negara sehingga aktivitas ekspornya berpotensi terhambat.

"Paladium ini merupakan input yang digunakan untuk industri otomotif dan juga pembuatan chip. Jadi in the long term, supply chain untuk industri ini bisa terpengaruh," kata dia dalam webinar "Menimbang Dampak Konflik Rusia-Ukraina bagi Indonesia", Rabu (2/3/2022).

Jika konflik kedua negara terus berlanjut yang diikuti dengan pembatasan ekspor komoditas dari Rusia, termasuk bahan baku untuk industri otomotif, harga produk otomotif dapat meningkat.

Baca Juga: Ingin Ikut Berjuang Bela Ukraina, 70 Pria Jepang Daftar Jadi Sukarelawan

"Ada kemungkinan shock juga di supply chain, Rusia ini merupakan ekspor utama atau 40 persen dari ekspor paladium global itu berasal dari Rusia," jelasnya.

Pemerintah perlu mempersiapkan alternatif pemasok bahan baku industri otomotif sebagaimana dilakukan oleh Jerman dan Italia yang mencari diversifikasi dan mengurangi ketergantungan terhadap Rusia.

"Di sini Italia kembali pada batubara dan ini juga ada konsekuensi lainnya, karena kita mengingat bahwa energi dari batubara ini lebih tidak bersih dibanding dengan energi yang sebelumnya," ucap Lestary.

Meskipun dampak konflik antara Rusia dan Ukraina belum berdampak langsung terhadap perekonomian nasional, kondisi kedua negara perlu terus-menerus dipantau.

"Karena kita masih belum tahu seberapa dan berapa lama kondisi ini terjadi dan apa yang akan dilakukan secara persisnya oleh negara-negara lain," pungkasnya.

Baca Juga: Sejarah Chechnya, Republik Otonom Bagian Federasi Rusia dengan Mayoritas Muslim

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI