Tinggalkan Ladang Minyak dan Gas di Rusia, Valuasi ExxonMobil Diprediksi Turun

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 02 Maret 2022 | 10:59 WIB
Tinggalkan Ladang Minyak dan Gas di Rusia, Valuasi ExxonMobil Diprediksi Turun
Exxon Mobile [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perusahaan energi kenamaan, Exxon Mobil segera keluar dari daerah operasi Rusia, termasuk keputusan meninggalkan ladang minyak mereka. Keputusan ini jadi salah satu yang dianggap paling berat pasca operasi militer Rusia ke Ukraina.

Salah satu yang dihentikan yakni operasi proyek produksi minyak dan gas besar di Pulau Sakhalin di Timur Jauh Rusia. Tak hanya ExxonMobil, British BP PLC, Shell dan Equinor ASA dari Norwegia sebelumnya telah mengungkapkan rencana untuk meninggalkan operasi-operasi di Rusia.

"Mengingat situasi saat ini, Exxon Mobil tidak akan berinvestasi dalam pengembangan baru di Rusia," sebut ExxonMobil.

Meski memutuskan untuk angkat kaki dari lokasi terkait ketegangan politik antar kedua negara, hingga kini ExxonMobil belum merilis adanya penurunan nilai aset mereka. Perusahaan juga mengutuk serangan Rusia dan mengatakan mendukung rakyat Ukraina.

Baca Juga: The Best 5 Oto: Informasi Lalu Lintas Real-Time Ukraina Dinonaktifkan, Volvo Cars Boyong Mobil Listrik ke Indonesia

"Kami menyesalkan tindakan militer Rusia yang melanggar integritas wilayah Ukraina dan membahayakan rakyatnya," kata Exxon.

Exxon telah mulai mengeluarkan karyawan yang merupakan warga negara AS dari Rusia, Reuters melaporkan sebelumnya, berdasarkan dua orang yang mengetahui masalah tersebut.

Tahun lalu, ExxonMobil mempekerjakan lebih dari 1.000 orang di seluruh Rusia dengan kantor di Moskow, St. Petersburg, Yekaterinburg dan Yuzhno-Sakhalinst.

Jumlah staf ekspatriat yang dievakuasi tidak jelas pada Selasa (1/3). Perusahaan mengirim pesawat ke Pulau Sakhalin untuk mengambil staf, kata salah satu orang yang mengetahui masalah tersebut.

Exxon mengoperasikan tiga ladang minyak dan gas lepas pantai besar yang beroperasi di Pulau Sakhalin atas nama konsorsium internasional perusahaan Jepang, India, dan Rusia. Perusahaan telah memajukan rencana untuk menambah terminal ekspor gas alam cair di lokasi tersebut.

Baca Juga: Apa itu Uni Eropa? Mengenal Sejarah, Tujuan Terbentuk dan Daftar Anggota Perserikatan yang Ingin Dimasuki Ukraina

"Bisnis Exxon di Rusia relatif kecil dalam konteks perusahaannya yang lebih luas, sehingga tidak memiliki signifikansi yang sama seperti yang dimiliki BP atau TotalEnergies, jika ingin meninggalkan aset Rusianya," kata direktur energi dan peneliti pertambangan Pallissy Advisors, Anish Kapadia.

Perusahaan, yang telah mengembangkan ladang minyak dan gas Rusia sejak 1995, mendapat tekanan untuk memutuskan hubungannya dengan Rusia atasoperasi militer Moskow ke Ukraina. 

Fasilitas Sakhalin, yang telah dioperasikan Exxon sejak produksi dimulai pada 2005, merupakan salah satu investasi langsung terbesar di Rusia, menurut deskripsi proyek di situs web Exxon. Operasi tersebut telah memompa minyak dan gas hingga 300.000 barel per hari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI