Suara.com - Negara-negara barat terus memberi sanksi-sanksi ekonomi pada Rusia. Bahkan, negara barat ingin meruntuhkan ekonomi Rusia.
Seperti dilansir CNN Business, Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire menyebut negaranya akan terus membuat ekonomi Rusia terganggu, akibat invasi yang dilakukan.
Menurut Le Maire, dengan adanya sanksi dari beberapa negara membuat aset Rusia senilai hampir USD 1 triliun kini telah dibekukan.
"Kami akan memprovokasi runtuhnya ekonomi Rusia," kata Le Maire.
Baca Juga: Indeks Dow Jones Anjlok Hampir 600 Poin Imbas Mengularnya Ratusan Tank Rusia yang Menuju Ukraina
Negara-negara Barat telah memutus dua bank terbesar Rusia Sberbank (SBRCY) dan VTB, dari akses langsung ke dolar AS. Selain itu, negara-negara barat juga menghapus beberapa bank Rusia dari layanan SWIFT yang sebagai fasilitas pembayaran yang cepat dan aman.
Dalam hal ini, Rusia telah berusaha untuk menumbuhkan ekonominya dengan bergantung pada minyak dan membatasi pengeluaran pemerintah, serta menyimpan mata uang asing.
Perencana ekonomi Vladimir Putin juga berusaha untuk meningkatkan produksi barang-barang tertentu di dalam negeri dengan memblokir produk-produk yang setara dari luar negeri.
Sementara itu, bank sentral Rusia telah mengumpulkan cadangan senilai USD 630 miliar termasuk mata uang asing dan emas. Ini merupakan, jumlah yang sangat besar dibandingkan dengan sebagian besar negara lain.
Namun, upaya mempertahankan ekonomi itu sekarang sedang diuji dengan berat. Sanksi yang diberikan telah membuat menggerus 50% cadangan cadangan devisa Rusia, menurut Capital Economics.
Baca Juga: Aktris Lee Young Ae Beri Donasi 100 Juta Won untuk Dukung Ukraina, Ini Alasannya
"Kondisi eksternal untuk ekonomi Rusia telah berubah secara drastis," kata bank sentral Rusia.
Bank Sentral juga mengumumkan bahwa suku bunga akan naik dua kali lipat menjadi 20%. "Ini diperlukan untuk mendukung stabilitas keuangan dan harga serta melindungi tabungan warga dari depresiasi," tambah bank tersebut.
Rusia juga memberlakukan kontrol modal. Bank sentral memerintahkan perusahaan untuk menjual mata uang asing pada hari Senin untuk menopang mata uang Rusia rubel karena jatuh ke rekor terendah terhadap dolar AS.
Sedangkan, Putin sedang merencanakan sebuah dekrit yang akan melarang sementara perusahaan dan investor asing menjual aset Rusia .