Duh! Indonesia Ternyata Surga Penipuan Melalui SMS hingga WhatsApp

Selasa, 01 Maret 2022 | 21:06 WIB
Duh! Indonesia Ternyata Surga Penipuan Melalui SMS hingga WhatsApp
Ilustrasi phising. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menerima tautan berisi tawaran hadiah atau voucher secara tiba-tiba dari WhatsApp, SMS atau email? hati-hati jangan di-klik, bisa jadi itu adalah phising, atau penipuan online.

Pasar pengguna gawai yang begitu besar di Tanah Air menjadikan Indonesia surga modus penipuan seperti ini.

"Kalau terlalu indah menjadi kenyataan, hati-hati. Kita tidak pernah ngapa-ngapain tiba tiba-tiba dapat hadiah," kata Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho dalam keterangan persnya, Selasa (1/3/2022).

Dia mengatakan, Mafindo setiap minggu mendapatkan laporan penipuan. Septiaji mengatakan laporan tersebut tidak pernah berhenti, masih ada terus setiap minggunya artinya masih banyak korban-korban yang tertipu.

Baca Juga: Hasil BRI Liga 1: Duel PSS vs PSM Berakhir Tanpa Gol di Denpasar

Berdasarkan data Kaspersky, tercatat 1,6 juta upaya phishing terjadi di Asia Tenggara pada Januari-Juni 2020. Dari jumlah itu, sebanyak 749,9 ribu kasus terjadi di Indonesia.

Phishing merupakan salah satu teknik social engineering atau rekayasa sosial yang banyak digunakan oleh para peretas untuk mengelabui korban.

Peretas mengirimkan sebuah tautan dengan judul yang menarik untuk dibuka oleh korban, biasanya berkaitan dengan hadiah, voucher, diskon, dll.

Link tersebut mengarahkan pada diunduhnya program berbahaya. Program ini dapat secara otomatis bekerja di komputer korban dan mencuri kredensial, password, akun, informasi kartu kredit, dan lainnya.

"Kalau mendapat SMS atau WhatsApp dari promosi perusahaan, nomornya pasti berbeda bukan nomor biasa," ungkapnya

Baca Juga: Link Live Streaming Persija Jakarta vs Persib Bandung, Duel Panas BRI Liga 1 Malam Ini

Dia melanjutkan bila masyarakat masih penasaran apakah hal tersebut benar atau tidak, bisa dilihat dari website resmi perusahaan atau bisa bertanya melalui akun sosial media mereka sebelum link tersebut di-klik.

Dia menyarankan agar para korban melaporkan, dan berani berbicara.

Di sisi lain dia melihat bahwa literasi digital masyarakat masih rendah. "Ini merupakan kewajiban kita bersama agar untuk mengedukasi masyarakat," kata dia.

Maraknya penipuan atau penyalahgunaan informasi yang beredar luas di masyarakat disikapi oleh Corporate Secretary BRI, Aestika Oryza Gunarto.

Dirinya pun mencontohkan seperti halnya yang dilakukan BRI, dimana perseroan hanya menggunakan saluran resmi melalui website www.bri.co.id dalam mengkomunikasikan berbagai informasi dan program resmi BRI.

Sedangkan saluran sosial media resmi atau bercentang biru dapat diakses oleh masyarakat secara luas melalui alamat atau user @bankbri_id (Instagram), bankbri_id (twitter), Bank BRI (Facebook), dan Bank BRI (Youtube).

"BRI mengimbau kepada nasabahnya agar mereka tidak memberikan data pribadi maupun data perbankan yang diminta oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab melalui website atau tautan palsu (bodong) yang mengatasnamakan BRI," katanya.

Aestika juga menghimbau bahwa nasabah BRI agar lebih berhati-hati dan tidak mudah percaya atas tautan yang diterima melalui pesan berjaring di smartphone.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI