Suara.com - Minyak goreng sebagai produk turunan dari sawit jadi salah satu komoditas yang paling mahal diantara jenis minyak nabati lainnya akibat operasi militer Rusia terhadap Ukraina.
Mengutip dari Reuters, harga minyak sawit kualitas premium terus naik hingga sejumlah kalangan memutuskan untuk mengurangi konsumsi dan berlaih ke minyak kedelai.
Saat ini, harga yang ditawarkan dari minyak sawit mentah (CPO) berada di angka USD1.925 per ton. Cukup tinggi dibandingkan minyak kedelai mentah, harga yang ditawarkan sekitar USD1.865.
Sementara minyak rapeseed mentah ditawarkan di harga sekira USD1.900. Krisis di Ukraina membuat pedagang minyak mentah bunga matahari kesulitan karena penutupan sejumlah pelabuhan yang terdampak krisis Ukraina.
Baca Juga: Ikuti Sanksi Invasi ke Ukraina, Visa dan Mastercard Blokir Lembaga Keungan Rusia
Selain itu, peningkatan permintaan minyak sawit dan sulitnya pasokan minyak biji matahari juga mulai mengubah peta perdagangan dunia. Kawasan Laut Hitam saat ini menyumbang 60 persen dari produksi minyak bunga matahari.
"Pengilangan Asia dan Eropa telah meningkatkan pembelian minyak sawit untuk pengiriman hampir sebulan untuk menggantikan minyak bunga mahatari. Pembelian ini telah mengangkat minyak sawit ke tingkat harga yang tidak rasional," ujar salah satu perusahaan perdagangan global yang berbasis di Mumbai.
Sementara, produksi kedelai asal Argentina, Brazil, dan Paraguay diperkirakan akan turun akibat kemarau dan intensitas hujan rendah.
"Kosumen memiliki pilihan untuk membeli kedelai tetapi pengiriman kedelai yang cepat terbatas sehingga konsumen membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai di Asia dibandingkan dengan minyak sawit," sambung perusahaan sebelumnya.
Harga minyak sawit premium bersifat sementara dan bisa menurun beberapa minggu kedepan karena pembeli beralih ke minyak kedelai pada bulan April.
Baca Juga: Ridwan Kamil Berharap Taman Indonesia di Ukraina Tak Hancur oleh Perang
"Sebagaian besar permintaan untuk minyak sawit dipenuhi oleh Malaysia, karena Indonesia telah membatasi ekspor. Dan ini adalah penerima manfaat terbesar dari situasi geopolitik saat ini," ujar seorang penyuling India.