Konflik Ukraina - Rusia Ganggu APBN, Beban Subsidi BBM dan Listrik Bisa Membengkak

M Nurhadi Suara.Com
Selasa, 01 Maret 2022 | 10:46 WIB
Konflik Ukraina - Rusia Ganggu APBN, Beban Subsidi BBM dan Listrik Bisa Membengkak
Seorang anggota pasukan Ukraina mengenakan topeng Guy Fawkes berpatroli di pusat kota Kyiv, Ukraina, Minggu (27/2/2022). [Aris Messinis / AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Operasi militer Rusia ke wilayah Ukraina terus menyebarkan dampak secara meluas ke berbagai lini. Kini, pemerintah terus memantau perkembangan harga minyak mentah dunia. Saat ini, minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) per 24 Februari 2022 menyentuh USD 95,45 per barel.

Disampaikan oleh Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerjasa Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi, konflik kedua negara menyebabkan beban APBN membengkak.

"Beban subsidi, khususnya BBM dan LPG juga meningkat dan bisa melebihi asumsi APBN 2022. Belum lagi biaya kompensasi BBM. Namun yang pasti, Pemerintah terus mengamankan pasokan BBM dan LPG," ungkap Agung, dikutip pada Senin (1/3/2022).

Ia melanjutkan, pihaknya terus mengamati harga minyak Brent sendiri sudah lebih dari US$100/barel. Selain itu, ICP turut menyebabkan harga keekonomian BBM meningkat sehingga menambah beban subsidi BBM dan LPG serta kompensasi BBM dalam APBN. 

Baca Juga: Disanksi Barat Lantaran Serang Ukraina, Putin Malah Balas Lakukan Ini

Ia memperhtungkan, setiap kenaikan USD 1 per barel berdampak pada kenaikan subsidi LPG sekitar Rp 1,47 triliun, subsidi minyak tanah sekitar Rp 49 miliar, dan beban kompensasi BBM lebih dari Rp 2,65 triliun.

"Sebagaimana diketahui, subsidi BBM dan LPG 3 kg dalam APBN 2022 sebesar Rp77,5 triliun. Subsidi tersebut pada saat ICP sebesar USD 63 per barel," ujarnya.

Untuk diketahui, kenaikan ICP turut berdampak pada subsidi dan kompensasi listrik, mengingat masih terdapat penggunaan BBM dalam pembangkit listrik. 

Setiap kenaikan ICP sebesar USD 1 per barel berdampak pada tambahan subsidi dan kompensasi listrik sebesar Rp 295 miliar. Sekain itu, biaya yang dikeluarkan untuk operasional transportasi dan industri dengan konsumsi BBM non subsidi juga membengkak.

"Tren kenaikan harga minyak dunia, mengerek harga keekonomian BBM," tambahnya.

Baca Juga: Pemilik Chelsea Roman Abramovich akan Terlibat dalam Perundingan Antara Rusia dan Ukraina

Ia memberi contoh, kisaran harga BBM non-subsidi di beberapa negara ASEAN, antara lain Singapura Rp. 28.500/liter, Thailand Rp. 19.300/liter, Laos Rp. 19.200/liter, Filipina Rp. 18.500/liter, Vietnam Rp. 16.800/liter, Kamboja 16.500/liter, Myanmar Rp. 15.300/liter.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI