Suara.com - Presiden Rusia Vladimir Putin terus mendapatkan sanksi dari Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya. Sanksi ini, disebut-sebut akan mengancam kekayaan pribadi Putin.
Meski demikian, tidak ada yang tahu soal total kekayaan Putin. Meski pun beberapa sumber menyebutkan, Putin memiliki harta hingga miliaran dolar AS.
Seperti dilansir CNN Business, menurut laporan Panama Papers, Putin hampir tidak meninggalkan jejak kertas untuk asetnya. Sebagian besar aset propertinya tidak diketahui dengan skema keuangan yang tertutup.
Di antara kemewahan yang telah dikaitkan dengan teman dan keluarga Putin, tetapi tidak pernah secara langsung dikaitkan dengan Putin. Terdapat, kapal yacht senilai USD 100 juta yang diduga dimiliki Putin dan keluarganya.
Baca Juga: Balas Sanksi Ekonomi, Vladimir Putin Larang Warga Rusia Melakukan Transaksi ke Luar Negeri
Di atas kertas, pemimpin Rusia itu terlihat seperti seorang birokrat yang rendah hati. Pada tahun 2018, Putin mengajukan deklarasi pendapatan resmi yang menunjukkan bahwa ia memiliki apartemen seluas 800 meter persegi di St Petersburg, bersama dengan dua mobil era Soviet dan sebuah truk off-road.
Pihak Rusia mengatakan, pendapatan tahunan Putin sekitar USD 140.000, tetapi angka itu diragukan karena angka sebesar itu tidak bisa untuk membeli jam tangan mewah yang saat ini dimiliki Putin.
"Koleksi jam tangan Putin yang terlihat bernilai berlipat ganda dari gaji resminya," kata Bill Browder, seorang investor di Rusia yang menjadi kritikus sengit terhadap Putin.
Browder bersaksi di depan Senat AS pada tahun 2017 bahwa ia memperkirakan kekayaan pemimpin Rusia itu berkisar USD 200 miliar atau setara Rp 2.900 triliun (Asumsi 1 dolar AS Rp 14.500) dalam bentuk aset, yang akan menjadikannya salah satu orang terkaya di dunia.
Namun, melacak kekayaan Putin kini hampir mustahil. Majalah Forbes mengatakan, mencari tahu kekayaan bersih Putin adalah mungkin teka-teki yang paling sulit dipecahkan dalam menghitung harta kekayaan.
Baca Juga: Putin Larang Warganya Transfer Valas ke Luar Rusia Sebagai Bentuk Balasan ke Barat