Harga Minyak Tergelincir di Bawah 100 Dolar AS Per Barel di Tengah Invasi Rusia

Senin, 28 Februari 2022 | 09:28 WIB
Harga Minyak Tergelincir di Bawah 100 Dolar AS Per Barel di Tengah Invasi Rusia
Perkembangan harga minyak dunia. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Harga minyak tergelincir turun pada perdagangan akhir pekan lalu setelah sempat naik tajam di awal sesi.

Tekanan harga terjadi di tengah kekhawatiran potensi gangguan pasokan global setelah sanksi ekonomi dijatuhkan terhadap Rusia selaku eksportir minyak utama.

Mengutip CNBC, Senin (28/2/2022) posisi minyak Brent turun USD1,15 atau 1,2 persen ke harga USD97,93 per barel, setelah naik setinggi USD101,99.

Sementara minyak WTI turun 1,22 dolar, atau 1,3 persen ke harga USD91,59 dolar per barel, setelah mencapai harga tertinggi di 95,64 dolar.

Baca Juga: Dampak Perang Rusia dan Ukraina, BBM dan Elpiji di Indonesia Naik Imbasnya Sampai ke Berbagai Sektor

Untuk minggu ini, Brent naik sekitar 4,7 persen, sementara WTI berada di jalur untuk naik sekitar 0,6 persen.

Pada hari Kamis lalu, invasi Rusia ke Ukraina mendorong harga minyak bertengger di atas USD100 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014. Bahkan Brent menyentuh harga USD105, sebelum memangkas keuntungan pada penutupan perdagangan.

Serangan Rusia itu adalah terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua, mendorong puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka.

Pada hari Jumat, rudal Rusia menggempur Kyiv, Warga Ukraina meringkuk di tempat penampungan dan pihak berwenang mengatakan kepada penduduk untuk menyiapkan bom Molotov untuk mempertahankan ibukota Ukraina.

Pada hari Kamis, Presiden AS Joe Biden menanggapi invasi dengan gelombang sanksi yang menghambat kemampuan Rusia untuk melakukan bisnis dalam mata uang utama bersama dengan sanksi terhadap bank dan perusahaan milik negara.

Baca Juga: Konflik Rusia-Ukraina Belum Berakhir, Harga Minyak Dunia Terus Naik, Ini Dampaknya bagi Indonesia

Inggris, Jepang, Kanada, Australia, dan Uni Eropa juga meluncurkan sanksi, termasuk langkah Jerman untuk menghentikan sertifikasi pipa gas Rusia senilai USD11 miliar.

Namun, Rusia tidak akan memiliki aliran minyak dan gas yang secara khusus ditargetkan oleh sanksi, kata seorang pejabat AS.

Rusia adalah produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia dan penyedia gas alam utama ke Eropa.

"Sebanyak 2,3 juta barel per hari (b/d) dari 4,6 juta b/d ekspor minyak mentah Rusia pergi ke Barat," kata Wood Mackenzie dalam sebuah catatan.

"Kami melihat perlambatan dalam pembelian minyak mentah Rusia. Wood memperkirakan pengetatan lebih lanjut dalam keseimbangan penawaran dan permintaan." Tambahnya.

Biden mengatakan Amerika Serikat sedang bekerja dengan negara-negara lain dalam pelepasan gabungan minyak tambahan dari cadangan minyak mentah strategis mereka. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI