Suara.com - Masih tingginya sejumlah harga komoditas tingkat dunia, membawa berkah bagi kinerja Ekonomi Indonesia di awal tahun ini.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati pun tak menampik kondisi ini membuat optimisme pemulihan ekonomi terus berlanjut. Meski, ancaman penularan virus Covid-19 lewat varian Omicron terus meningkat.
“Indonesia termasuk dari sedikit negara di lingkungan G20 dan ASEAN-6 yang (ekonominya) mencapai level pre-covid GDP level. PDB riil kita berada di 101,6 berarti 1,6 persen di atas GDP saat pre-covid” ungkap Sri Mulyani saat Konferensi Pers APBN Kita secara virtual, Selasa (22/2/2022).
Saat ini, jelas katanya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) masih melihat pertumbuhan ekonomi tahun 2022 akan berada pada kisaran 4,8 persen hingga 5,5 persen. Hal ini didukung dengan level PMI Indonesia di 5,7 yang menunjukkan ekspansi selama lima bulan berturut-turut.
“Dari sisi harga komoditas kenaikan harga-harga masih berlanjut di awal tahun 2022. Pada Januari, batubara bahkan mengalami kenaikan lagi, gas minyak mentah naik. Untuk komoditas yang merupakan unggulan di Indonesia seperti nikel, CPO, karet juga tetap pada posisi yang tinggi” tambahnya.
Selain itu, salah satu yang membuat peningkatan ketahanan ekonomi Indonesia adalah neraca perdagangan yang terus mengalami surplus selama 21 bulan berturut-turut.
Menkeu memaparkan, pada Januari 2022 neraca perdagangan membukukan surplus hingga USD 0,93 miliar.
“Ekspor kita pada bulan Januari mencapai USD19,16 miliar atau mengalami growth 25,31 persen, double digit dan sangat tinggi. Ini terutama didorong oleh ekspor nonmigas, seperti bahan bakar mineral, lemak hewani, nabati CPO dan mesin serta perlengkapan elektronik,” jelas Menkeu.
Sedangkan, impor Indonesia tercatat mencapai USD 18,23 miliar atau tumbuh 36,77 persen. Impor ini, sebut Menkeu, didominasi oleh barang-barang yang mendukung produksi, yaitu bahan baku dan barang modal.
Baca Juga: Harga Komoditas Minyak Goreng Tinggi, Pemkab Bekasi Siapkan 20.000 Liter Untuk Operasi Pasar
Walaupun kinerja ini sudah menunjukkan arah dan ritme pemulihan ekonomi yang baik, namun kondisi ini harus terus dijaga karena tantangan ke depan masih perlu diwaspadai.
“Tentu kita harus menjaganya karena ini bukan merupakan suatu jaminan. Tantangan ke depan yang kami sudah sebutkan tadi, entah itu yang berasal dari pandemi ataupun yang berasal dari disrupsi sisi supply, komoditas, geopolitik, kenaikan inflasi serta suku bunga dunia harus menjadi perhatian kita pada tahun 2022 ini” ujarnya.