Suara.com - Ibnu Sutowo adalah anak emas Presiden Soeharto di masa orde baru. Nama ini juga dekat dengan Adiguna Sutowo dan sang cucu menantu Dian Sastrowardoyo. Kisah Ibnu Sutowo kembali mencuri perhatian setelah Dian Sastrowardoyo viral di Twitter. Profil, kontroversi, kasus, dan keluarganya ramai diperbincangkan.
Ibnu Sutowo sebenarnya lebih banyak dikenal sebagai Direktur Utama Pertamina pada 1968. Dia dianakemaskan Presiden Soeharto dengan ditunjuk langsung menempati jabatan tertinggi itu.
Sebelum Pertamina resmi berdiri, Ibnu Sutowo banyak memegang jabatan di bidang migas. Dia adalah Menteri Urusan Minyak dan Gas Bumi (1966) serta Menteri Migas (1967).
Kepiawaiannya di bidang migas berhasil membuat Pertamina berubah dari perusahaan tak dikenal menjadi perusahaan kakap kelas dunia.
Baca Juga: Estetik Abis! 5 Potret Rumah Dian Sastrowardoyo yang Pertama Kali Diungkap
Pria kelahiran Grobogan, 1914 ini memperkenalkan konsep production sharing atau pembagian produksi pada industri migas. Konsep ini bertepatan dengan momentum kenaikan harga minyak dunia hingga 400% pada 1973.
Namun, kariernya di perusahaan pemerintah ternyata tak selamanya mulus. Kesuksesan Pertamina mengelola keuangan tanpa sepengetahuan pemerintah dan DPR membuat banyak dana proyek bocor.
Korupsi besar-besaran justru terjadi di lembaga yang diharapkan bisa menjadi penopang ekonomi negara tersebut. Di bawah kepemimpinan Ibnu Sutowo pada 1975, Pertamina nyaris membangkrutkan negara karena terlilit utang atas proyek-proyeknya senilai 10,5 miliar dolar Amerika.
Kasus-kasus di Pertamina membuat Ibnu Sutowo dipecat dari jabatannya pada Maret 1976. Namun, dia tak pernah dijatuhi hukuman karena aparat penegak hukum tak punya bukti yang cukup.
Sebaliknya, Ibnu Sutowo berhasil menjadi konglomerat di Indonesia dan mewariskan berbagai bisnis ke putra bungsunya Adiguna Sutowo yang juga ayah mertua Dian Sastrowardoyo.
Baca Juga: 10 Potret Sudut Rumah Dian Sastrowardoyo, Estetik Bak Animasi!
Namun, di balik kiprahnya di Pertamina, Ibnu Sutowo sebenarnya memulai karier sebagai seorang dokter. Ibnu Sutowo adalah dokter pemberantas malaria di kawasan Palembang dan Martapura di masa kemerdekaan.
Dia kemudian banting setir dengan menjadi dokter kepala di Jawatan Kesehatan Tentara VIII/Garuda di Sumatera Selatan pada Dember 1946, sekaligus menandai awal kariernya di kalangan ABRI.
Di masa dwifungsi ABRI, yakni izin kiprah di dunia sipil dan militer, Ibnu Sutowo memperoleh kesempatan menjadi direktur PT Permina (Perusahaan Minyak Nasional) yang kemudian menjadi cikal bakal Pertamina.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni