Suharso Monoarfa Ungkap 4 Tantangan yang Bakal Dihadapi Indonesia

Senin, 21 Februari 2022 | 15:45 WIB
Suharso Monoarfa Ungkap 4 Tantangan yang Bakal Dihadapi Indonesia
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa. [Suara.com/Yosea Arga P]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah Indonesia terus mewaspadai ancaman yang bakal menganggu proses pemulihan ekonomi Indonesia saat ini. Mulai dari Covid-19 hingga kebijakan The Fed.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menjelaskan setidaknya ada 4 tantangan yang bakal dihadapi Indonesia.

Yang pertama adalah risiko penyebaran varian baru Covid-19 yang mungkin saja akan bermunculan, seperti wabah omicron saat ini, yang tingkat reproduksinya atau penularannya 500 persen lebih tinggi dari varian delta.

"Setelah ditemukan pertama kali di Inggris tahun 2020, varian Omicron kini memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi hingga mencapai 500 persen, lebih tinggi dibandingkan varian Delta yang hanya 30 sampai 100 persen," papar Suharso dalam sebuah diskusi virtual bertajuk "Kinerja Pertumbuhan Ekonomi di Masa Pandemi" Senin (21/2/2022).

Baca Juga: Analis: PPP Kelihatan Ingin Ketumnya, Suharso, Menjadi Kepala Otorita IKN

Kedua adalah tren ekonomi global yang diperkirakan alami perlambatan pada 2022-2023. Dirinya bilang bakal adanya risiko hard landing (perlambatan ekonomi secara mendadak, sehingga terjadi guncangan) untuk negara berkembang.

Ketiga, adalah kondisi China yang mempercepat proses transisi energi ke energi baru terbarukan (EBT) dan ramah lingkungan. China tampaknya berambisi mempercepat program net zero emission, dan menghadirkan jenis-jenis pekerjaan baru.

"Tapi pada saat yang sama tentu akan menimbulkan risiko dalam keuangan. Perusahaan-perusahaan yang masih pada karbon tentu akan terganggu profitability-nya, dan juga akan dihadapi kerentanan likuiditas," paparnya.

Keempat, adalah faktor Amerika Serikat yang kini tengah berhadapan dengan tingkat inflasinya tinggi mencapai 7,5 persen. Sehingga bank sentral AS The Federal Reserve akan melakukan normalisasi kebijakan.

"Indonesia malah akan mendapatkan impact soal ini. Kalau kita lihat dari porsi kepemilikan surat utang negara (SUN), porsinya sudah turun dari 39 persen ke sekitar 19 persen. Juga sudah sekitar USD 19 miliar capital outflow yang sudah terjadi," pungkasnya.

Baca Juga: Kabar Gembira! UU IKN Sah Ditandatangani Jokowi, Suharso Monoarfa Sebut Lapangan Kerja Terbuka untuk Warga Kaltim

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI