Dianggap Bisa Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca, Kementerian ESDM Targetkan PLTS Atap Bisa Terpasang 3,6 GW Hingga 2025

Kamis, 17 Februari 2022 | 17:25 WIB
Dianggap Bisa Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca, Kementerian ESDM Targetkan PLTS Atap Bisa Terpasang 3,6 GW Hingga 2025
PLTS Atap. (JIIPE)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang mendorong masyarakat untuk menggunakan energi baru dan terbarukan (EBT). Salah satunya, dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di rumah-rumah masyarakat.

Koordinator Pelayanan dan Pengawasan Usaha Aneka EBT, Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Mustaba Ari Suryoko mengatakan, pemerintah telah menyiapkan roadmap untuk mendorong peningkatan industri serta pembangunan infrastruktur PLTS.

Roadmap tersebut masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030.

"Dalam RUPTL tersebut, pemerintah menargetkan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan mencapai 51,6 persen. Selain itu, Kementerian ESDM akan mengembangkan secara bertahap PLTS Atap sebesar 3,6 GW hingga 2025," ujar Ari dalam sebuah Webinar, Kamis (17/2/2022).

Baca Juga: Tren Kawasan Industri Ramah Lingkungan Meningkat, PLTS Atap Jadi Solusi

Ari melanjutkan, sektor industri dan bisnis menjadi salah satu segmen konsumen prioritas dalam pemasangan PLTS sebagai pemenuhan energi listrik. Ia juga mengemukakan, jika penggunaan PLTS bisa menekan emisi gas rumah kaca.

"Target penambahan PLTS Atap diharapkan dapat menekan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) hingga 4,58 juta ton CO2e pada 2025," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Business Vice President Industrial Automation Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Martin Setiawan menyatakan, perusahaan juga telah memulai peralihan ke PLTS Atap pada 2020 lalu untuk memenuhi kebutuhan energi di pabriknya di Cikarang.

Saat ini, PLTS Atap pada pabrik Cikarang dapat menghasilkan 224 Mwh atau setara dengan 21,6 persen dari total konsumsi pabrik, mengurangi emisi karbon sebesar 164 ton karbon dioksida (TCO2) dan berhasil menghemat biaya energi sebesar 8 persen.

"Schneider Electric global memiliki Sustainability Business Division (SBD) yang menyediakan serangkaian layanan yang komprehensif dalam pengelolaan energi dan sustainability," kata Martin

Baca Juga: 20 Bandara di Indonesia DItarget Gunakan PLTS dalam Empat Tahun

Martin menambahkan, SBD Schneider Electric juga telah memberi saran kepada ribuan perusahaan global tentang cara mengukur, mengelola, dan mengurangi jejak karbon.

"SBD telah menjadi penasihat energi terbarukan perusahaan terbesar di dunia, dan telah memberikan konsultasi pada lebih dari 100 transaksi perjanjian pembelian listrik (PPA), hingga saat ini  lebih dari 8.000 MW tenaga angin dan surya baru di seluruh dunia," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI