Suara.com - Harga emas menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), berbalik menguat dari penurunan sesi sebelumnya, setelah Amerika Serikat (AS) mengatakan Rusia masih menambah pasukan di sekitar Ukraina dan pasar menantikan rilis risalah dari pertemuan kebijakan terakhir Federal Reserve (Fed).
Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, terangkat 15,3 dolar AS atau 0,82 persen, menjadi ditutup pada 1.871,50 dolar AS per ounce. Harga emas berjangka jatuh 13,2 dolar AS atau 0,71 persen menjadi 1.856,20 dolar sehari sebelumnya, menghentikan kenaikan tujuh sesi beruntun.
"Emas menarik banyak investor yang mencari perlindungan karena mereka menyadari bahwa tidak akan ada resolusi cepat untuk situasi (Rusia-Ukraina) ini," kata Analis Pasar Senior OANDA, Edward Moya.
"Emas memiliki jalur yang jelas lebih tinggi. Namun, akan ada saat-saat di mana ia akan dijual karena ekspektasi pengetatan Fed yang lebih agresif."
Selain itu, harga minyak dunia juga menguat lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena investor mempertimbangkan pernyataan yang saling bertentangan tentang kemungkinan penarikan beberapa pasukan Rusia dari sekitar perbatasan Ukraina.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April meningkat 1,52 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi menetap di 94,81 dolar AS per barel.
Sementara itu harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret bertambah 1,59 dolar AS atau 1,7 persen, menjadi ditutup di 93,66 dolar AS per barel, mundur dari tertinggi sesi di 95,01 dolar AS per barel.
Pada Senin (14/2/2022), kedua kontrak acuan mencapai level tertinggi sejak September 2014, dengan harga minyak Brent menyentuh 96,78 dolar AS dan WTI mencapai 95,82 dolar AS.
Namun kontrak berjangka jatuh setelah penyelesaian perdagangan reguler, setelah pejabat AS dan Iran mengatakan mereka lebih dekat dengan kesepakatan tentang pengembangan senjata nuklir yang terakhir yang akan memungkinkannya untuk meningkatkan penjualan minyak global.
Baca Juga: Departemen Luar Negeri AS Imbau untuk Evakuasi, Warga Malah Bertahan di Kyiv
Sikap Rusia yang mengancam terhadap Ukraina telah mendominasi pasar minyak selama beberapa minggu, dengan kekhawatiran bahwa gangguan pasokan dari produsen utama di pasar global yang ketat dapat mendorong harga minyak ke 100 dolar AS per barel.
"Pasar telah mencerminkan situasi yang telah terjadi dan apa yang mungkin terjadi, yang merupakan ambiguitas dari satu hari ke hari berikutnya," kata Kepala Penelitian Komoditas Global Citi, Edward Morse.
Harga minyak didukung oleh data mingguan yang menunjukkan permintaan bahan bakar AS bertahan pada rekor tertinggi, sementara persediaan minyak mentah di Cushing, Oklahoma, pusat penyimpanan dan titik pengiriman untuk kontrak berjangka AS turun ke level terendah sejak September 2018.
Setelah penutupan, Departemen Luar Negeri AS mengatakan pihaknya berada di tengah-tengah tahap akhir pembicaraan nuklir Iran, sementara negosiator nuklir Iran Ali Bagheri Kani mencuit bahwa setelah berminggu-minggu pembicaraan intensif, "kami lebih dekat dari sebelumnya ke kesepakatan."
Harga minyak turun tajam, meskipun dengan volume tipis, dengan Brent dan minyak mentah AS keduanya melemah sekitar satu persen.
"Orang akan berada dalam perincian dan seberapa cepat minyak Iran dapat melanjutkan (pasokan)," kata Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn, di Chicago. (Antara)