Nilai Tukar Rupiah Menguat Jelang Rilis Data Neraca Perdagangan Januari 2022

Iwan Supriyatna Suara.Com
Selasa, 15 Februari 2022 | 09:54 WIB
Nilai Tukar Rupiah Menguat Jelang Rilis Data Neraca Perdagangan Januari 2022
Suasana di salah satu gerai money changer di Jakarta, Kamis (23/7).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (15/2/2022) pagi menguat jelang rilis data neraca perdagangan Januari 2022.

Rupiah bergerak menguat 22 poin atau 0,16 persen ke posisi Rp14.304 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.326 per dolar AS.

"Hari ini rupiah mungkin bisa melanjutkan penguatannya tapi tekanan terhadap rupiah juga belum hilang," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Pada awal pekan, rupiah berhasil menguat terhadap dolar AS di tengah banyaknya tekanan terhadap rupiah seperti rencana invasi Rusia ke Ukraina, kenaikan inflasi global, dan ekspektasi kebijakan pengetatan moneter AS yang lebih agresif serta tingginya kasus COVID-19 di Tanah Air. Menurut Ariston, faktor penekan rupiah tersebut masih belum hilang.

Baca Juga: Harga Emas Menguat Didorong Pelemahan Dolar AS, dan Penurunan Imbal Hasil Obligasi AS

"Sementara penguatan rupiah didukung oleh bantahan Rusia soal invasi ke Ukraina, data pertumbuhan penjualan ritel Indonesia di bulan Januari yang membaik, dan pengumuman pelonggaran PPKM level 3. Faktor di atas masih bisa mendukung penguatan rupiah hari ini," ujar Ariston.

Hari ini, lanjut Ariston, sentimen negatif di pasar keuangan terlihat berkurang dengan positifnya sebagian indeks saham Asia. Hal itu dinilai bisa membantu penguatan rupiah.

Pelaku pasar juga akan memperhatikan data neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2022 yang akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini.

Pelaku pasar berekspektasi surplus akan berkurang dibandingkan bulan sebelumnya karena kenaikan impor. Kenaikan impor bisa disebabkan oleh membaiknya roda perekonomian dalam negeri yang membutuhkan barang modal dan konsumsi dari luar negeri dan juga kenaikan harga minyak mentah.

"Jadi ini bisa dua sisi, kabar baik dan buruk untuk rupiah. Tapi kalau surplus berubah jadi defisit, rupiah mungkin bisa berbalik tertekan," kata Ariston.

Baca Juga: Sempat Terpukul Sentimen Covid-19, Rupiah Kembali Naik ke Level Rp14.300 per Dolar AS

Ariston memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.300 per dolar AS hingga Rp14.350 per dolar AS.

Pada Senin (14/2) lalu, rupiah ditutup menguat 21 poin atau 0,15 persen ke posisi Rp14.326 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.347 per dolar AS. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI