Stok Kedelai Indonesia Hanya Bertahan Sampai April, Tempe dan Tahu Terancam Hilang

Senin, 14 Februari 2022 | 14:37 WIB
Stok Kedelai Indonesia Hanya Bertahan Sampai April, Tempe dan Tahu Terancam Hilang
Pekerja mengolah kedelai untuk produksi tahu di Pasir Koja, Bandung, Jawa Barat, Jumat (11/2/2022). [ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekretaris Jenderal Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo) Hidayatullah Suralaga mengatakan, saat ini stok kedelai dalam negeri hanya mampu memenuhi kebutuhan hingga 2 bulan kedepan.

Hidayatullah menjelaskan, saat ini stok yang dimiliki Akindo tercatat sebesar 300 ribu ton. Jumlah ini berasal dari stok awal Februari sebesar 160 ribu ton ditambah pemasukan pada pertengahan Februari sebesar 140 ribu ton.

"Jumlah tersebut diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan selama dua bulan ke depan," kata Hidayatullah, saat dihubungi Suara.com, Senin (13/2/2022).

Ia menegaskan, Akindo berkomitmen untuk menjaga harga kedelai di tingkat importir sebesar Rp10.500 – 11.500/kg pada Februari 2022 dan akan ditinjau kembali setiap akhir bulan berdasarkan perkembangan harga kedelai dunia.

Baca Juga: Harga Kedelai Naik, Pengrajin Tahu dan Tempe Stop Produksi, Siap-siap Langka

Sebelumnya, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan mengungkapkan, Pemerintah terus berupaya menjaga stabilitas harga kedelai nasional.

“Menyikapi harga kedelai dunia yang masih cukup tinggi, Kemendag bersama seluruh pelaku usaha kedelai nasional akan terus berupaya menyediakan stok kedelai cukup untuk memenuhi kebutuhan industri perajin tahu dan tempe menjelang puasa dan Lebaran 2022," kata Oke.

Selain itu kata dia pemerintah juga meminta dukungan importir kedelai untuk konsisten menjaga harga keekonomian kedelai impor tetap terjangkau di tingkat perajin tahu dan tempe.

Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai pada minggu kedua Februari 2022 mencapai 15,77 USD/bushels. Harga ini diperkirakan terus naik hingga Mei yang mencapai 15,79 USD/bushels dan mulai turun pada Juli sebesar 15,74 USD/bushels.

Kenaikan harga disinyalir akibat adanya kenaikan inflasi di negara produsen yang berdampak pada kenaikan harga masukan produksi, terjadi kekurangan tenaga kerja, dan kenaikan biaya sewa lahan.

Baca Juga: Harga Kedelai Impor di Daerah Ini Naik Rp 11 Ribu Per Kilogram

Selain itu, disebabkan ketidakpastian cuaca di negara produsen yang mendorong petani kedelai menaikkan harga. 

Stok kedelai yang kian menipis tentu akan berdampak pada ketersediaan berbagai kebutuhan seperti tempe, tahu, dan berbagai komoditas yang berbahan dasar kedelai. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI