Ukraina-Rusia Memanas, Harga Minyak Dunia Melesat 5 Persen

Senin, 14 Februari 2022 | 07:56 WIB
Ukraina-Rusia Memanas, Harga Minyak Dunia Melesat 5 Persen
Ilustrasi harga minyak dunia meningkat. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Harga minyak dunia meroket lebih dari 5 persen pada perdagangan akhir pekan lalu di tengah meningkatnya ketegangan antara Ukraina dan Rusia.

Mengutip CNBC, Senin (14/2/2022) Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik lebih dari 5 persen mencapai USD94,66 per barel, level tertinggi sejak 30 September 2014.

Kontrak sedikit mereda hingga penutupan, namun, mengakhiri hari 3,58 persen lebih tinggi pada harga USD93,10 per barel.

Patokan internasional minyak mentah Brent naik 3,3 persen menjadi menetap di USD94,44 per barel, setelah mencapai level USD95 pada satu titik.

Baca Juga: Harga Murah tapi Langka, Politisi PKS Dukung Kartel Minyak Goreng Dibawa ke Ranah Hukum

Sebelumnya, penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan bahwa ada tanda-tanda eskalasi Rusia di perbatasan Ukraina dan ada kemungkinan bahwa invasi dapat terjadi selama Olimpiade, meskipun ada spekulasi sebaliknya.

Pasar saham AS turun ke posisi terendahnya, dan harga minyak serta obligasi mundur dari level tertingginya di sesi perdagangan menyusul komentar dari Sullivan, yang sedikit berlawanan dengan laporan sebelumnya yang telah membuat pasar terguncang.

AS dan Inggris telah mendesak warganya untuk meninggalkan Ukraina. Seorang juru bicara Downing Street mengatakan Perdana Menteri Boris Johnson mengkhawatirkan keamanan Eropa dalam situasi saat ini.

"Pasar telah khawatir tentang hasil ini selama beberapa minggu tetapi sebagian besar percaya itu tidak akan terjadi atau setidaknya akan terjadi setelah Olimpiade," kata Rebecca Babin dari CIBC Private Wealth.

Harga minyak sudah naik lebih dari 2 persen di awal sesi menyusul laporan minyak oleh Badan Energi Internasional.

Baca Juga: Waduh! Harga CPO di Jambi Turun Jadi Segini

Badan tersebut memperkirakan permintaan global akan mencapai rekor 100,6 juta barel per hari tahun ini karena pembatasan covid berkurang. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI