Suara.com - Rencana pemindahan ibu kota negara (IKN) baru menurut PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) tidak mempengaruhi potensi penumpang kereta cepat Jakarta-Bandung.
Presiden Direktur KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, potensi penumpang tetap ada karena Jakarta masih akan menjadi pusat ekonomi, bisnis, dan perdagangan, yang ramai dikunjungi masyarakat.
Selain itu, proyek ini juga akan melalui daerah industri yang sedang tumbuh di sepanjang jalur Jakarta-Bandung.
"Pemindahan IKN tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penumpang mengingat Kota Jakarta masih tetap menjadi kota perdagangan utama dan akan tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di sekitarnya," ujarnya.
Baca Juga: Kadin Indonesia Yakin, Pemindahan IKN Dapat Tingkatkan Kemajuan Dagang, Minimal 50 persen
Selain itu, ia memaparkan hasil riset Polar UI pada 2021 mengenai potensi penumpang dari kereta cepat yang diperkirakan bisa mengangkut 30.000 penumpang harian.
Namun, Dwiyana mengatakan perkiraan jumlah penumpang ini lebih rendah dari riset LAPI ITB yang sempat merilis angka pengguna 61.000 penumpang per hari.
"Penurunan permintaan ini terjadi karena riset Polar UI didasari pada kondisi pandemi COVID-19 dan dampak turunan lainnya yang berimbas pada turunnya mobilitas warga," kata dia.
Ia juga mengakui jumlah penumpang kereta cepat Jakarta-Bandung ini akan terdampak pandemi COVID-19 dan mempengaruhi proyeksi pengangkutan hingga lima tahun ke depan.
"Perhitungan demand forecast yang terkini menggunakan pendekatan serta asumsi pertumbuhan yang konservatif, terutama di lima tahun pertama masa pengoperasian, dan tentu kami terus berharap pandemi ini segera usai sehingga mobilitas warga bisa kembali normal," katanya.
Baca Juga: Sudah Ada Tol, Proyek Kereta Cepat Jakarta-Semarang Diminta untuk Ditinjau Ulang
Meski demikian, ia menyakini potensi perekonomian yang membaik dan kembalinya aktivitas manusia bisa menjadi harapan adanya peningkatan jumlah penumpang kedepannya.
"Walaupun dalam lima tahun pertama pertumbuhan penumpang diasumsikan kecil (konservatif), namun di tahun berikutnya diharapkan akan ada masa mobilitas orang akan membaik seiring dengan menggeliatnya perekonomian kita pasca-COVID-19," pungkasnya.