Suara.com - Panitia Seleksi dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan tengah memproses pemilihan calon komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2022-2027, hingga saat ini sudah ada 115 nama yang berasal dari sejumlah latar belakang ekonomi.
Menanggapi itu, Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia (UI), Faisal Basri menilai momentum seleksi Anggota DK OJK ini sudah sepatutnya dijadikan momen untuk melakukan transformasi lembaga yang bertugas dalam mengatur sektor jasa keuangan tersebut.
Di sisi lain, publik juga menantikan figur DK OJK yang fresh, memiliki visi luas serta cepat dalam mengambil keputusan agar bisa memompa denyut perekonomian Indonesia.
“OJK ini kan tidak ada yang mengawasi, jadi apakah mereka membuat laporan atau tidak, lalu lapornya ke mana tidak jelas. Imbasnya, kita sulit untuk mengukur kinerjanya,” kata Faisal dalam keterangan persnya, Jumat (11/2/2022).
Menurut dia, alangkah baiknya, OJK menggunakan dana dari APBN sehingga bisa diawasi. Dirinya juga menentang jika ada wacana kembali melebur OJK dengan Bank Indonesia (BI).
Faisal yang juga Mantan Tim Satuan Tugas Mafia Migas (Satgas Mafia Migas) juga mengkritisi pembukaan lowongan DK OJK yang mengkotak-kotakan sektor jasa keuangan sehingga dalam bekerja terkesan sendiri-sendiri.
“Di dalam OJK ini kan ada kompartemen-kompartemen, ada bidang asuransi, bidang perbankan, bidang pasar modal dan lain sebagainya. Sehingga kalau ada kasus yang menyelesaikan ya kompartemen yang terkait saja. Contohnya kasus Asabri, yang mengurus ya bidang asuransi saja, bidang yang lain tidak,” ungkap Faisal.
Hal ini dinilai membuat kinerja OJK menjadi kurang optimal. Seharusnya DK OJK menjadi satu kesatuan sehingga kinerjanya menjadi lebih kuat.
“DK OJK itu kan seharusnya yang dilihat leadership-nya, visinya dan kecepatannya dalam mengambil keputusan. Sementara dalam bekerja itu kan sudah ada tim teknis. Jadi tidak perlu dikotak-kotakkan. Ini kan kalau kita lihat yang mendaftar ada yang dari orang perbankan, dari orang asuransi, ada dari pasar modal, sehingga yang ditonjolkan seolah-olah kemampuan teknisnya,” jelas Faisal.
Menurutnya, OJK saat ini memerlukan pemimpin yang fresh dan terbebas dari beban masa lalu. Sehingga dalam bekerja mereka bisa melihat suatu masalah dengan helicopter view.