Suara.com - Kepala Center Macroeconomics and Finance INDEF M Rizal Taufikurahman menilai program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada tahun 2021 tidak banyak memberikan dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi tahun lalu. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 hanya mencapai 3,69 persen.
Dia menjelaskan, realisasi PEN pada 2021 memang mengalami peningkatan 88,43 persen. Namun, peningkatan tersebut tidak signifikan mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2021.
"Dilihat sisi realisasi hanya tercapai 88 persen jadi PEN ini memang dari tahun lalu sama tidak tercapai semuanya serapan PEN hanya 80-an persen," kata Rizal dalam konfrensi pers virtualnya pada Selasa (8/2/2022).
Tidak maksimalnya serapan anggaran PEN 2021 diakibatkan penyerapan yang memang lambat dari beberapa kluster dari program PEN tersebut.
Baca Juga: Ekonomi Indonesia Tahun 2021 Tumbuh 3,69 Persen, Tebakan Menteri Keuangan Sri Mulyani Tepat
"Dan ini jadi perhatian khusus pemerintah terkait PEN dan akselerasi distribusi sepertinya kalau dilihat trennya sangat lambat penyerapan setiap kluster baik kesehatan, perlindungan sosial, program proritas UMKm dan isnentif usaha," paparnya.
Lambatnya penyerapan ini, lanjut Rizal, dikarenakan kondisi permasalahan di birokrasi.
"Jadi infleksbility masih terjadi jadi pelaksanaan dan realisasi dan distribusi PEN tak jauh berbeda dari tahun lalu," katanya.
Asal tahu saja realisasi anggaran PEN 2021 hanya mencapai Rp 658,6 triliun atau 88,4 persen dari pagu Rp744,77 triliun, artinya masih ada sekitar 12 persen anggaran yang tidak terserap optimal.
Pemerintah mengatakan tidak optimalnya serapan anggaran PEN 2021 tersebut dikarenakan ada sejumlah program yang tidak bisa dijalankan.
Program PEN 2021 sendiri terdiri dari lima klaster, di mana rincian realisasi sebagai berikut;
Pertama, realisasi anggaran kluster kesehatan mencapai Rp 198,5 triliun atau 92,3 persen dari pagu Rp 214,96 triliun.
Kedua, realisasi anggaran perlindungan sosial mencapai Rp 171,0 triliun atau 91,5 persen dari pagu Rp 186,64 triliun.
Ketiga, realisasi anggaran program prioritas mencapai Rp 105,4 triliun atau 89,3 persen dari pagu Rp 117,94 triliun.
Keempat, capaian realisasi terendah 2021 berada pada anggaran dukungan UMKM dan korporasi. Per akhir 2021, realisasi anggaran mencapai Rp 116,2 triliun atau 71,5 persen dari pagu Rp 162,4 triliun.
Kelima, realisasi tertinggi berada pada kluster insentif usaha yaitu Rp 67,7 triliun atau 107,7 persen dari pagu Rp 62,83 triliun.