Suara.com - Menjadi atlet adalah salah satu cara untuk mengharumkan nama bangsa Indonesia. Atlet yang menjarai kompetisi dunia namanya bakal langsung naik daun diikuti sejumlah uang bonus yang diberikan pemerintah. Lalu siapa atlet Indonesia terkaya?
Meskipun masyarakat dunia mengacungkan jempol untuk bulu tangkis Indonesia ternyata atlet terkaya tidak berasal dari cabang ini. Sebaliknya, atlet paling kaya justru berasal dari cabang bridge, permainan 52 kartu yang kalah populer ketimbang bulu tangkis.
Atlet Indonesia terkaya itu adalah Michael Bambang Hartono. Dia adalah atlet bridge yang berhasil membawa pulang medali perunggu pada Asian Games 2018 lalu. Di kancah pebisnis Michael dan adiknya Robert Budi Hartono adalah bos bank BCA serta perusahaan keluarga Djarum. Total kekayaannya Michael Bambang Hartono ditaksir 15,5 miliar dolar Amerika atau Rp221,6 triliun. Sementara sang adik Robert Budi Hartono memiliki kekayaan 16,5 miliar dolar Amerika atau Rp235 triliun.
Dalam olahraga ini dimainkan 52 kartu standar oleh empat orang pemain yang dibagi ke dalam dua tim. Setiap pemain duduk saling berhadapan dengan lawan, kemudian mengeluarkan kartu sesuai dengan urutan.
Baca Juga: Kabar Gembira, Hendi Aktifkan Lagi Semarang Bridge Fountain Setiap Hari
Pemain dengan strategi dan cara berpikir paling cemerlang lah yang bisa menang. Laki-laki kelahiran Kudus 2 Oktober 1939 ini telah mengenal bridge sejak berusia enam tahun. Dia sempat membawa emas dari World Bridge Federation (WBF).
Kekayaan Michael tentu saja tak hanya bersumber dari menjadi atlet. Dia selama ini lebih terkenal sebagai pebisnis bersama saudara laki-lakinya Robert Budi Hartono. Mereka adalah bos di bank BCA, perusahaan rokok Djarum, hingga memiliki properti di Polytron.
Perjalanan di dunia bisnis dimulai Budi Hartono muda saat dirinya mewarisi perusahaan yang hampir bangkrut di usia 22 tahun dari kedua orang tuanya. Saat itu Djarum yang berpusat di Kudus mengalami kebakaran hebat dan di tahun yang sama sang pemilik Oei Wie Gwan juga meninggal dunia. Namun, di tangan kakak beradik itu perusahaan berbalik arah dan sukses menguasai pangsa pasar dalam dan luar negeri.
Amerika serikat menjadi importir terbesar perusahaan rokok ini. Setiap tahun sekitar 48 miliar batang rokok atau sekitar 20 persen dari total produksi nasional diekspor ke Negeri Paman Sam tersebut. Djarum kemudian berkembang menjadi grup bisnis dengan melebarkan sayap di bidang agrobisnis, investasi, media, dan properti.
Kesuksesan Djarum yang berhasil mengekspor rokok sejak 1972 tak membuat Hartono bersaudara berpuas diri. Keduanya kemudian membeli 54% saham Bank Central Asia (BCA) secara berkala lewat PT Dwimuria Investama Andalan. Status kepemilikan ini membuat Budi Hartono menjadi pemegang saham terbesar Bank BCA.
Baca Juga: 8 Pemain yang Tak Akur Meski Bermain di Klub yang Sama, Termasuk John Terry dan Wayne Bridge
Di bidang properti, keluarga Hartono terlibat dalam pembangunan mega proyek Grand Indonesia. Proyek raksasa ini terdiri dari Hotel Indonesia, pusat-pusat perbelanjaan, gedung perkantoran, dan apartemen mewah. Total investasinya kini mencapai triliunan rupiah.
Di sektor agribisnis, Bambang Hartono dan Budi Hartono mengembangkan Hartono Plantations Indonesia yang menjadi bagian dari Grup Djarum dengan aset perkebunan sawit seluas 65.000 hektare di Kalimantan Barat sejak 2008.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni