BEI Optimis Bakal Lebih Banyak Perusahaan Unicorn Mau IPO Tahun Ini

Senin, 07 Februari 2022 | 09:36 WIB
BEI Optimis Bakal Lebih Banyak Perusahaan Unicorn Mau IPO Tahun Ini
Bursa Efek Indonesia, sebagai ilustrasi [ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/wsj].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) optimis terhadap prospek dan kinerja pasar modal Indonesia pada tahun ini, terutama pada sisi pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) bagi perusahaan rintisan atau unicorn.

Untuk mendukung proyeksi tersebut, pihak Bursa telah mengakomodasi perusahaan-perusahaan new economy di bidang teknologi, atau perusahaan rintisan dengan valuasi lebih dari USD1 Miliar alias unicorn untuk tercatat di BEI, melalui berbagai terobosan baru terutama dalam penyesuaian peraturan pencatatan.

Belum lama ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberlakukan aturan Saham dengan Hak Suara Multipel (SHSM), dilanjutkan dengan Bursa yang melakukan penyesuaian Peraturan Bursa No I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas. Tujuan dari inisiatif ini adalah untuk memberikan pintu yang luas bagi perusahaan dari sektor new economy untuk dapat tercatat di Bursa.

"Kita lakukan penyesuaian terhadap Peraturan Pencatatan Saham No I-A. Kita sadar ada perubahan dan perkembangan model bisnis yang kategorinya new economy," ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, dalam keterangan persnya, Senin (7/2/2022)

Baca Juga: Dirut BEI Sampai Wamenlu Lolos Tahap Administrasi DK OJK

Nyoman mengatakan, saat ini proyeksi perusahaan dari sektor new economy untuk meramaikan pasar Modal Indonesia cukup tinggi. Disarikan dari berbagai sumber, Indonesia saat ini adalah penghasil perusahaan dengan valuasi unicorn terbanyak di ASEAN, yaitu sebanyak 9 (Sembilan) dari 15 (Lima belas) unicorn berasal dari Indonesia.

Sementara itu, tidak kurang dari 37 centaur, perusahaan rintisan dengan valuasi antara USD100 juta - USD1 Miliar, atau 38 persen dari jumlah centaur di Asia Tenggara berasal dari Indonesia.

"Kita sudah bertemu dengan sekitar 50 unicorn dan centaur di Indonesia, 15 di antaranya telah menyatakan rencana go public. Tentu ini hal yang menggembirakan bagi kita," ucap Nyoman.

Lebih jauh lagi, Nyoman menjelaskan, bahwa melalui Peraturan No I-A Bursa memperkenalkan mekanisme perpindahan papan yang dinamis, dengan mengakomodasi adanya promosi dan demosi, memberikan notasi khusus bagi perusahaan dengan karakteristik tertentu, serta penyesuaian definisi free float dengan melihat bagaimana penerapan bursa-bursa global.

"Tujuan dari penyesuaian Peraturan Bursa No I-A antar lain untuk menjaga competitiveness kita setelah dilakukan benchmarking dengan bursa global, serta menegaskan discrepancy persyaratan antar papan pencatatan yang belum dibedakan secara signifikan," lanjutnya.

Baca Juga: Tahun 2022 Jadi Momen Tepat IPO, Emiten Properti dan Transportasi Diprediksi Moncer

Dengan disesuaikannya peraturan tersebut, Nyoman berharap Bursa dapat lebih kompetitif dengan bursa global, dengan meningkatkan jumlah perusahaan tercatat namun tetap memperhatikan kualitas perusahaan tercatat.

"Manfaat terhadap perubahan peraturan ini juga dapat meningkatkan perlindungan investor publik serta meningkatkan likuiditas saham di BEI," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI