Suara.com - Terdapat tiga bisnis yang sangat dibutuhkan di masa depan, yaitu keamanan siber (cyber security), metaverse, serta payment system dan financial technology/fintech (sistem pembayaran dengan teknologi keuangan).
Metaverse dengan potensi 720 miliar dolar AS mengarahkan ke bisnis tersebut dalam tiga tahun mendatang.
Keberadaan metaverse dinilai merupakan perwujudan teknologi yang bergerak dengan cepat. Ia menyatakan di sektor digital ini para pelaku usaha dapat mengambil keuntungan tanpa risiko yang besar.
Salah satunya ialah Non-Fungible Token (NFT) yang sempat ramai berkat seseorang bernama Sultan Gustaf Al-Ghozali karena menjual koleksi swafoto.
Baca Juga: Jarang Nongol di TV Usai Cerai dengan Vicky Prasetyo, Angel Lelga Sukses Bangun Bisnisnya
“Dari Rp13 miliar yang dia (Ghozali) bilang dia peroleh, dia baru dapet monetisasinya Rp30 juta, tapi lumayan untuk mulai. Menurut saya, metaverse menjadi salah satu lahan yang lebih dekat ke entertainment (hiburan), bukan suatu dunia yang tiba-tiba akan sangat besar,” ucap Menparekraf Sandiaga Uno, Selasa (1/2/2022).
Berkaca pada masa lalu, dikatakan banyak perusahaan teknologi yang kalah bersaing dengan Facebook atau Google seperti Friendster dan MySpace.
“Coba kalau kita invest (berinvestasi) di Friendster atau MySpace, bakal out (tidak untung) kita. Tapi kalau kita pilihnya Facebook, (keuntungan) kita bisa meningkat secara tajam,” ujar Sandiaga.
Untuk bisnis terakhir yang dibutuhkan di masa mendatang, ungkap dia, ialah payment system dan fintech.
Dia menganggap sistem pembayaran harus diperbesar dan digunakan secara totalitas, dibarengi dengan fintech yang menjadi solusi pembiayaan atas persoalan ihwal permodalan bagi pelaku usaha. (Antara)
Baca Juga: Babak Baru Teknologi Virtual, Litedex Protocol Berperan Penting di Dunia Metaverse