Suara.com - Presiden Jokowi menekankan tiga isu prioritas saat Indonesia menjadi tuan rumah Presidensi G20 dan B20 yakni Global Health Architecture, Digital Transformation dan Energi Transition.
Jokowi mengatakan transisi menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan merupakan tanggung jawab besar dan sekaligus memberikan peluang besar karena Indonesia memiliki potensi energi baru dan terbarukan yang sangat besar dan harus disiapkan skenario hilirisasinya, peta jalannya termasuk pendanaan dan investasi.
“Indonesia juga memberikan perhatian serius pada pengembangan teknologi digital terutama yang mempunyai kontribusi langsung kepada pemberdayaan UMKM dan pengembangan SDM. Indonesia juga sedang membangun kabel telekomunikasi bawah laut dengan Pantai Barat Amerika Serikat sehingga akan meningkatkan kapasitas bandwidth Indonesia lebih dari 100 persen,” kata Jokowi pada acara B20 Inception Meeting, Jumat (28/1/2022).
Selain itu Indonesia juga fokus pada pembenahan arsitektur kesehatan global yang inklusif, setara dan tanggap terhadap krisis melalui inovasi serta pemerataan produksi vaksin, obat-obatan, dan alkes.
Baca Juga: Pengusaha Tak Masalahkan Ada BLU Batu Bara, Asal Ekspor Jalan
Presiden berharap komunitas B20 bisa memberikan tawaran konkret yang akan menjadi legacy Indonesia sebagai Presidensi G20 dengan menekankan kemitraan publik dan swasta global demi dunia yang adil dan berkelanjutan.
Dalam Inception Meeting, Ketua Umum KADIN Indonesia yang juga Penanggung Jawab Presidensi B20 Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan dunia perlu mendorong kolaborasi, inovasi, dan inklusivitas seiring dengan transisi untuk keluar dari pandemi.
“Sebagai forum komunikasi dan konsultasi pelaku bisnis Indonesia dengan masyarakat nasional dan internasional, KADIN mendorong dunia usaha untuk menggunakan Forum B20 ini untuk saling berbagi informasi dan teknologi, mengembangkan solusi yang produktif dan inovatif, serta meningkatkan kerja sama, baik di tingkat sektoral maupun lintas sektoral, di tingkat regional maupun nasional dan internasional,” kata Arsjad.
Arsjad menegaskan B20 dihadirkan tidak hanya untuk kepentingan sekelompok pemimpin bisnis global yang berpartisipasi dalam task force dan international advocacy caucus saja. Acara B20 juga bukan hanya sekedar seremonial, tetapi untuk seluruh warga dunia khususnya usaha mikro, kecil dan menengah agar dapat mengerti, ikut serta dalam perjalanan B20, serta merasakan manfaat positif dari kerja sama ini.
Ketua Penyelenggara Presidensi B20 Indonesia Shinta Kamdani mengatakan B20 merupakan forum pemimpin bisnis yang menyumbang 80% dari PDB dunia.
Baca Juga: Pemerintah Larang Ekspor Batu Bara, Kadin: Nama baik Indonesia akan Anjlok
Menurut Shinta, B20 Indonesia menyambut 2.000 anggota di mana 37% di antaranya pemimpin perempuan.
Shinta mengatakan Forum B20 ini dapat merekomendasikan perubahan yang diperlukan serta melaksanakan transformasi yang dipimpin sektor swasta agar ekonomi lebih tangguh, inklusif, dan berkelanjutan menyambut era new normal, terutama kontribusi menghilangkan krisis yang disebabkan oleh pandemi, meningkatkan kolaborasi dan menstimulasi arus investasi global.
Tahun ini, KADIN Indonesia berencana melaksanakan side event B20 di berbagai lokasi di Indonesia.
Tujuannya agar dapat membuka pintu bagi dunia untuk menjelajahi Indonesia dan memperkenalkan keanekaragaman budaya serta keindahan Indonesia sekaligus dapat membuka peluang investasi bagi Indonesia, mulai dari investasi di bidang kesehatan, di ibu kota baru, hingga sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair yang melalui telekonferensi mengatakan Indonesia harus mengambil posisi dalam memimpin negara-negara G20 dan komunitas B20 untuk bersamasama melakukan riset dan membangun infrastruktur kesehatan global terutama vaksin untuk mencegah hadirnya pandemi di masa yang akan datang.