Suara.com - Tahun 2022 dianggap jadi momen yang tepat bagi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke bursa melalui mekanisme penawaran umum perdana saham atau IPO.
Hal ini tak terlepas dari salah satu faktor yakni Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mulai menguat ke level 6.600. Meski belum mencapai level tertinggi sepanjang sejarah di level 6.754, namun kondisi penguatan sudah terjadi sejak awal 2022.
"Hal ini menjadi indikasi optimisme para investor terhadap pasar ke depan. Di antara sektor yang sedang memasuki masa pemulihan (improving) secara bertahap adalah properti, infrastruktur dan banking," ujar Pengamat pasar modal Lucky Bayu Purnomo, Jumat (28/1/2022).
Ia berpendapat, saat ini berbagai sektor terlibat dalam pembiyaan sehingga berpotensi saling dukung satu sama lain, meski membutuhkan waktu.
Baca Juga: Saham Gorengan Adalah Investasi Harus Dihindari, Hindari Jika Tak Paham Jebakannya!
Proses pemulihan sektor properti juga akan didorong oleh berbagai kebijakan dan insentif dari pemerintah untuk kemudahan berusaha.
Ia memberi contoh, PT Adhi Commuter Properti (ADCP), baru saja menerbitkan prospektus IPO. Anak usaha PT Adhi Karya Persero Tbk (ADHI) itu akan menerbitkan saham baru sebesar 28,6 persen atau setara dengan 8,01 miliar lembar saham dengan rentang harga Rp130 hingga Rp200 per lembar saham.
Emiten yang bergerak di lini properti dan transportasi massal juga menjanjikan seiring inovasi yang mereka lakukan.
"Apa yang dilakukan ADCP merupakan karakter dari langkah diversifikasi. Artinya dalam rangka tetap mempertahankan kualitas fundamental perusahaan," kata Lucky.
Sekretaris Perusahaan ADCP Adi Sampurno juga sepakat bahwa sektor properti akan mulai pulih secara bertahap.
Baca Juga: Ajukan Bukti Baru Tuduhan KKN Kaesang dan Gibran, Dosen UNJ Yakin KPK Bertindak Adil
"Apalagi jika properti tersebut memiliki keunikan tersendiri, seperti dekat dengan akses transportasi massal yang membuat penghuni lebih efisien," ujar Adi.
Oleh karena itu ADCP memutuskan segera masuk bursa, yang rencananya pada Februari 2022.
Hal itu dilakukan karena perusahaan memerlukan waktu untuk menyelesaikan beberapa tambahan kebutuhan administrasi sekaligus memantau kesiapan pasar dan investor.
"Kami sangat optimistis melihat perkembangan situasi dan animo investor yang sangat baik," kata Adi.
Sebelumnya, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Realestat Indonesia (DPP REI) Paulus Totok Lusida juga memprediksi sektor properti akan semakin membaik pada 2022.
Menurutnya, pengembangan apartemen dengan market tertentu seperti kawasan Transit Oriented Development (TOD) juga akan meminimalisir kondisi pasar apartemen yang kelebihan suplai.
Totok melanjutkan pemulihan sektor properti juga akan berasal dari sentimen positif pasar terhadap kesuksesan vaksinasi dan berbagai kebijakan dan insentif yang diberikan pemerintah serta otoritas terkait.
Beberapa kebijakan tersebut antara lain Undang Undang Cipta Kerja yang telah memangkas berbagai kendala penghambat bisnis dan meringkaskan birokrasi yang berbelit. Ada juga program restrukturisasi utang oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Di luar itu, insentif lain seperti Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) hingga akhir Desember 2021, tren penurunan suku bunga KPR, serta relaksasi batasan kredit atau Loan to Value (LTV) yang memungkinkan masyarakat membeli properti dengan uang muka nol persen.