Suara.com - Harga minyak dunia menyentuh angka tertinggi sejak Oktober 2014, di angka US$90 per barel hingga diprediksi memberi dampak pada berbagai sektor bahkan politik.
Analis investasi Sekuritas Stockbit, Hendriko Gani dalam diskusi Power Breakfast IDX, Kamis (27/1/2022), menganggap, kenaikan harga minyak justru menguntungkan sejumlah emitan terkait, seperti produsen minyak.
"Ini pastinya akan berimbas ke ekonomi karena seperti kita tahu Indonesia ini merupakan net importir dari minyak, kalau harga minyak tinggi sebenarnya kurang menguntungkan bagi ekonomi kita," kata Hendriko.
Ia berpendapat, kenaikan harga minyak tertolong pula oleh harga batu bara, CPO dan nikel yang juga tengah naik.
Baca Juga: Naik 33 Juta Ton, Indonesia Bakal Memanfaatkan 166 Juta Ton Batu Bara Domestik Tahun Ini
"Mungkin kita harus perhatikan keseimbangan antara komoditas ekspor dan impor untuk negara kita," sambungnya.
Kenaikan harga komoditas batu bara dan nikel sebelum kenaikan harga minyak sudah diprediksi menarik perhatian investor untuk melirik emiten migas.
"Tapi tidak menutup kemungkinan juga bahwa terjadi putar balik dari harga minyak ini kalau seandainya geopolitik mereda dan inflasi mulai turun terkait kebijakan The Fed menaikkan suku bunga," pungkasnya.