Larang Kripto Hingga Terbitkan Rubel Digital, Bank Sentral Rusia Merasa Terancam Teknologi Blockchain?

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 24 Januari 2022 | 09:56 WIB
Larang Kripto Hingga Terbitkan Rubel Digital, Bank Sentral Rusia Merasa Terancam Teknologi Blockchain?
Ilustrasi Bitcoin (Unsplash/Andre)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bank Sentral Rusia menegaskan niat mereka untuk melarang kripto di negaranya. Bersama dengan tujuan ini, sejumlah bank di Rusia bersiap melakukan uji coba pada rubel digital.

Melansir dari  Kantor Berita Rusia, Tass, saat ini sejumlah bank di Rusia bersiap sedang bersiap untuk terjun ke tahap uji coba rubel digital dan beberapa sudah menguji transaksi dengan mata uang tersebut dengan menggunakannya sebagai pembayaran antara konsumen (C2C) dan Bank sentral.

Pada akhir tahun 2021, Bank Sentral Rusia sudah menyelesaikan prototipe platform rubel digital dan mulai melakukan transaksi.

Sekitar 12 bank telah diundang untuk bergabung dalam tahap pertama ujicoba ini. Di antaranya adalah Promsvyazbank (PSB) dan Tinkoff Bank yang belum lama ini mengakuisisi Aximetria, perusahaan yang bergerak di bidang kripto. Bank besar Rusia lainnya, VTB, mengatakan infrastrukturnya siap untuk menguji coba rubel digital.

Baca Juga: Bank Indonesia Akui Jadi Korban Ransomware

Bank lain yang ikut serta dalam uji coba tahap pertama adalah Ak Bars, Alfa-Bank, Dom.rf Bank, Gazprombank, Rosbank, Sberbank, Bank Soyuz, dan Transcapitalbank.

“Beberapa aspek uji coba adalah pengintegrasian dengan platform rubel digital (bank sentral) dan pengenalan layanan seperti membuka dompet melalui aplikasi selular dan transfer rubel digital antar individu,” tulis keterangan terkait, mengutip dari Blockchainmedia.

Vitaly Kopysov dari SKB-Bank mengatakan, rubel digital akan membantu pengembangan layanan pembayaran nasional baru bagi warga negara dan perusahaan.

“Rubel digital akan memberikan dorongan tambahan untuk penciptaan layanan pembayaran digital offline, sehingga perusahaan atau toko, misalnya di daerah pelosok yang tidak punya akses Internet, tetap bisa menggunakannya,” sebut Kopysov.

Langkah ini sendiri oleh pakar dianggap sebagai langkah 'melawan' dari pemerintah akibat banjir kripto belakangan ini.

Baca Juga: Polisi Tindak Lanjuti Informasi Serangan Ransomware terhadap Bank Indonesia

Dengan teknologi Blockchain, pengiriman mengirimkan fiat money, seperti dolar AS dan euro tak lagi menggunakan layanan perbankan dan tidak perlu adanya bank sentral sehingga, normal rasanya bank sentral merasa terancam.

Keunggulan seperti ini tentu saja meniadakan kendali sistem moneter oleh bank sentral. Bagi pemegang kuasa keuangan negara seperti ini, rubel digital adalah jawaban terhadap blockchain-kripto, berharap warga beralih ke rubel wujud baru ini, yang diklaim sama efisien.

Maka tidaklah heran, beberapa hari yang lalu Bank Sentral Rusia mengusulkan larangan luas dan tegas, terhadap semua entitas yang terkait kripto, termasuk bisnis penambangan Bitcoin yang kian menjamur di wilayah utara bumi itu, pasca Tiongkok “membumihanguskan” layanan terkait kripto dan tambang kripto di dalam negeri.

Bank Sentral Rusia sendiri mulai mempertimbangkan rubel digital sebagai bentuk CBDC pada tahun 2020. Kala itu masih banyak bank di dalam negeri yang menolaknya, karena dianggap justru mengurangi nilai bisnis perbankan, pasalnya rekening bank personal sangat memungkinkan berada di sistem bank sentral, bukan di sistem bank komersial.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI