Suara.com - Harga emas dunia mempertahankan penguatan pada perdagangan Senin, dengan kenaikan dibatasi oleh ekspektasi pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).
Mengutip CNBC, Selasa (18/1/2022) harga emas di pasar spot naik 0,1 persen menjadi USD1.819,41 per ounce, sementara emas berjangka Amerika juga naik tipis 0,1 persen menjadi USD1.818,80 per ounce.
"Kebijakan moneter yang ketat dapat berdampak negatif pada emas, tetapi meski demikian emas bertahan dengan sangat baik. Saya pikir itu terutama karena balance sheet Federal Reserve secara keseluruhan masih pada level yang tinggi," kata Xiao Fu, analis Bank of China Internasional.
Meski dianggap sebagai lindung nilai inflasi, emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga Amerika, karena meningkatkan opportunity cost memegang logam kuning yang tidak memberikan imbal hasil.
Baca Juga: Harga Emas Antam Awal Pekan Ini Turun Jadi Rp 937.000 per Gram
Imbal hasil US Treasury 10-tahun mencapai level tertinggi dua tahun minggu lalu di tengah ekspektasi untuk suku bunga yang lebih tinggi.
Kini, fokus tertuju pada pertemuan Federal Reserve, 25-26 Januari, setelah pembuat kebijakan mengisyaratkan mereka akan mulai menaikkan suku bunga pada Maret untuk menjinakkan inflasi.
"Pelaku pasar cenderung menahan diri untuk membeli emas menjelang kenaikan suku bunga pertama The Fed," tulis analis Commerzbank dalam sebuah catatan.
Sementara itu harga logam lainnya perak naik 0,1 persen menjadi USD22,97 per ounce, platinum menguat 0,4 persen menjadi USD974,32 per ounce dan paladium meningkat 0,5 persen menjadi USD1.887,19 per ounce.