Suara.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, porsi bauran energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia pada tahun 2021 baru mencapai 11,5%. Capaian ini hanya naik tipis dibandingkan tahun sebelumnya yang mana porsi bauran EBT mencapai 11,2%.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menjelaskan, naik tipisnya porsi bauran EBT ini karena beberapa proyek yang mengalami penyesuaian waktu pengerjaan akibat pandemi covid-19.
Misalnya, pada proyek pembangkit listrik EBT yang sudah terpasang, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang baru mencapai 77% atau 654,76 mega watt dari target 854,78 mega watt.
"Ada proyek pembangkit yang alami penyesuaian dari sisi waktu, terutama terkait dengan masih isu pandemi," ujar Dadan dalam konferensi pers virtual, Senin (17/1/2022).
Baca Juga: Indonesia Siap Ambil Peran Penting Pengembangan Energi Hijau
Dadan memaparkan, pada implementasi Biodiesel 30% atau B30 telah mencapai 9,3 juta Kilo liter di tahun 2021. Capaian ini, hampir mencapai target pemerintah yang sebesar 9,4 juta kilo liter.
"Pengurangan emisi gas rumah kaca, capaiannya 69,5 juta ton co2 ekuivalen, dari target 67 juta ton co2 ekuivalen. Jadi ini catatannya di atas 100%, 104%," ucap dia.
Sementara, tutur Dadan, pemerintah mematok target tinggi pada tahun 2022 sebesar 15,7%. Adapun mencapai itu, pemerintah akan menambah Pembangkit Listrik EBT sebesar 335 mega watt untuk PLTS atap.
Sedangkan, untuk penyaluran B30 pada tahun ini ditargetkan sebesar 10,1 juta kilo liter.
"Kemudian untuk pengurangan emisi gas rumah kaca targetnya 91 juta ton co2 equivalen," pungkas Dadan.
Baca Juga: Pengembangan EBT Butuh Investasi Besar, Wamen BUMN Sebut IPO Bisa Jadi Opsi Pendanaan