Dugaan Korupsi Sudah Dilakukan Sejak Lama, Petinggi Garuda Lakukan Penggelembungan Dana

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 12 Januari 2022 | 08:21 WIB
Dugaan Korupsi Sudah Dilakukan Sejak Lama, Petinggi Garuda Lakukan Penggelembungan Dana
Pesawat Garuda Indonesia parkir di halaman Bandara Soekarno Hatta. (foto: Antara/M Agung Rajasa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kasus korupsi pengadaan pesawat PT Garuda Indonesia (Persero) ternyata sudah dilakukan sejak lama, tepatnya pada 15 November 2021 lalu.

Hal ini disampaikan dalam Surat Perintah Penyelidikan Nomor Print-25/F.2/Fd.1/11/2021 yang dikeluarkan oleh Direktur Penyidikan (Dirdik) Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus.

"Dirdik mengeluarkan surat perintah tanggal 15 November 2021 untuk melakukan penyelidikan kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam pengelolaan keuangan PT Garuda Indonesia berupa 'mark up' (penggelembungan) penyewaan pesawat Garuda Indonesia," kata Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung RI Leonard Eben Ezer Simanjuntak dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (11/1/2021).

Ia menjelaskan, dugaan korupsi yang kemungkinan besar dilakukan petinggi perusahaan berkode GIAA itu menyebabkan negara rugi selama waktu perjanjian tahun 2013 sampai dengan saat ini dan manipulasi data dalam laporan penggunaan bahan bakar pesawat.

Kasus tersebut merujuk pada Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) Tahun 2009-2014 yang didalamnya terdapat rencana kegiatan pengadaan penambahan armada pesawat sebanyak 64 pesawat PT Garuda Indonesia baik dengan menggunakan skema pembelian (financial lease) dan sewa (operation lease buy back) melalui pihak lessor.

Untuk diketahui, lessor adalah perusahaan yang menyediakan jasa menyewakan barang dalam bentuk guna usaha.

Sumber dana yang digunakan dalam agenda ini masuk dalam rencana penambahan jumlah armada tersebut dengan menggunakan "Lessor Agreement" di mana pihak ketiga akan menyediakan dana dan PT Garuda Indonesia kemudian akan membayar kepada pihak "lessor" dengan cara pembayaran secara bertahap, dengan memperhitungkan waktu pengiriman terhadap inflasi.

Selanjutnya atas RJPP tersebut direalisasikan beberapa jenis pesawat di antaranya ATR 72-600 sebanyak 50 unit pesawat (pembelian lima) unit pesawat dan sewa 45 unit pesawat.

"Kemudian CRJ 1.000 sebanyak 18 unit pesawat pembelian enam unit pesawat dan sewa 12 unit pesawat," kata Leonard.

Baca Juga: Kasus Dugaan Korupsi Bank Mandiri Cabang Surabaya, Empat Orang Ditetapkan Tersangka

Prosedur rencana bisnis dalam pengadaan atau sewa pesawat di PT Garuda Indonesia dilakukan dengan cara direktur utama akan membentuk tim pengadaan sewa pesawat/tim gabungan yang melibatkan personal dari beberapa direktorat. Tim gabungan ini yang akan melakukan kajian dan dituangkan dalam bentuk paper hasil kajian.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI