Pabrik Kondom Rugi Miliaran Rupiah Selama Penerapan PPKM, Kok Bisa?

M Nurhadi Suara.Com
Selasa, 11 Januari 2022 | 15:46 WIB
Pabrik Kondom Rugi Miliaran Rupiah Selama Penerapan PPKM, Kok Bisa?
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wabah COVID-19 membuat orang-orang mau tidak mau harus berdiam diri di rumah guna memutus rantai penularan. Kondisi ini lantas memunculkan guyonan pasangan suami istri semakin intens dalam melakukan hubungan seks, seperti halnya video imbauan untuk menggunakan 'pengaman' yang beberapa saat lalu.

Hal inilah yang kemudian diprediksi oleh sejumlah pengamat membua industri kondom untung. Namun, prediksi itu ternyata meleset. Perusahaan raksasa pembuat kondom asal Malaysia, Karex, justru melaporkan adanya penurunan pendapatan mereka selama dua tahun belakangan. Tak tanggung-tanggung, pendapatan mereka turun 40 persen.

Mengutip dari Nikkei Asia, dalam wawancara mereka dengan CEO Karex, Goh Miah Kiat, terkait hal ini. Perusahaan itu memproduksi setidaknya 5,5 miliar kondom setiap tahun dan beroperasi di 140 negara. 

Menyadari lesunya industri ini, Karex mulai menyiasati dengan memenuhi kebutuhan sarung medis yang memiliki permintaan tinggi selama pandemi, yang rencananya dibangun pula di Thailand.

Baca Juga: Positif Covid-19 Lagi, Presiden Meksiko Kerja Sambil Isolasi Mandiri

CEO Goh sendiri menyadari, asumsi orang yang berdiam diri di rumah alias gak ngapa-ngapain akibat PPKM ternyata tidak membuat mereka kebanjiran order karena aktivitas seks.

Ia lantas menyebut, di negara berkembang dan kurang berkembang, hotel dan motel memiliki peran penting dalam menyediakan ruang terpencil untuk hubungan seks, dengan alasan, tidak bisa dilakukan di rumah dengan alasan 'privasi'.

Perusahaan yang dibesutnya mengalami kemunduran finansial selama 2020 dengan kerugian diperkirakan mencapai Rp3,5 miliar, padahal setahun sebelumnya mereka meraup laba lebih dari Rp3 miliar.

Goh menuturkan, perusahaan turut tertopang pendapatan non-kondom, diantaranya personal lubrikan serta probe cover alat kesehatan dan foley balloon kateter yang digunakan dalam drainase transurethral kandung kemih.

Keputusan Karex yang banting stir dan mulai memproduksi sarung tangan latex menambah daftar panjang perusahaan Malaysia yang 'cari aman' karena terdampak wabah COVID-19, sekaligus mencari peluang di masa sulit ini.

Baca Juga: Angka Covid-19 Mulai Meningkat Lagi, Pemprov DKI Siapkan Skenario Sekolah Online

Sebut saja perusahaan Top Glove, Supermax dan Hartalega yang sudah menguasai kebanyakan pasar kebutuhan medis di negeri jiran tersebut.

Tiap tahun, Malaysia setidaknya ekspor 450.000 metrik ton karet alam, peringkat keempat di dunia setelah Thailand, Indonesia dan Pantai Gading.

Meski demikian, Goh sekali lagi menyampaikan keseriusan mereka untuk terus melawan HIV AIDS tanpa mengesampingkan wabah COVID-19 yang terus menghantui.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI