Suara.com - Harga emas dunia naik tipis dari posisi terendah tiga minggu pada perdagangan akhir pekan lalu.
Penguatan emas terjadi setelah data menunjukkan pertumbuhan pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) periode Desember lebih lambat dari perkiraan sekalipun the Fed mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih cepat.
Mengutip CNBC, Senin (10/1/2022) harga emas di pasar spot naik 0,5 persen ke harga USD1.797,10 per ons. Sedangkan emas di pasar berjangka USA naik 0,5 persen ke harga USD1.797,40 per ons.
"Dengan data pasar tenaga kerja lebih kecil dari perkiraan menguat di periode Desember tetapi persentase pengangguran turun ke level terendah multi-years, maka hal itu agak menjadi sentimen variatif bagi emas," kata analis UBS, Giovanni Staunovo.
Baca Juga: Harga Emas Antam Anjlok Jadi Rp 934.000 Jelang Akhir Pekan
Data Nonfarm payrolls USA naik 199.000 di bulan Desember di tengah kekurangan pekerja, lebih rendah dari perkiraan sebanyak 400.000. Dengan lonjakan kasus corona yang mengganggu aktivitas ekonomi, maka dalam jangka pendek lapangan kerja tumbuh secara moderat.
"Data (pasar tenaga kerja) yang lebih kuat dari perkiraan lebih mungkin menekan harga, tetapi data yang lebih rendah tidak signifikan mengubah ekspektasi kenaikan suku bunga pasar," kata analis Standard Chartered, Suki Cooper.
Dolar turun 0,6 persen membuat emas batangan murah untuk pembeli luar negeri. Harga emas sebelumnya mencapai level terendah sejak 16 Desember di USD1.782,10 dan ditetapkan untuk penurunan mingguan sekitar 1,7 persen terbesar sejak pekan 26 November, karena benchmark imbal hasil Treasury AS 10-tahun menyentuh tertinggi dua tahun.
Sementara itu harga logam lainnya perak naik tipis 1,1 persen ke harga USD22,39 per ounce, platinum turun 0,6 persen menjadi USD958,95 per ounce dan paladium naik 3,2 persen menjadi USD1,933,20 per ounce.
Baca Juga: Harga Emas Dunia Makin Tertekan, Jatuh ke Level Terendahnya