Ini Alasan Kenapa Ekonomi Hijau Mendesak Dilakukan, Kerugiannya Capai Rp544 T

Kamis, 06 Januari 2022 | 14:23 WIB
Ini Alasan Kenapa Ekonomi Hijau Mendesak Dilakukan, Kerugiannya Capai Rp544 T
Ilustrasi perubahan iklim (Unsplash/Magdalena Kula Manchee)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mungkin banyak yang tak tahu, akibat perubahan iklim yang terjadi proyeksi kerugian ekonomi yang dialami Indonesia sangat besar yakni mencapai Rp544 triliun pada 2020 hingga 2024.

Jika perubahan iklim tak diatasi tentu kerugian ekonomi ini akan semakin besar jumlahnya.

Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Medrilzam mengatakan kondisi tentu tak boleh dibiarkan, sejumlah program ekonomi hijau yang telah dilakukan pemerintah kata dia, baiknya didukung.

"Ini yang harus kita antisipasi. Bagaimana kita mengurangi potensi kerugian akibat perubahan iklim dan bencana," kata Medrilzam dalam sebuah webinar bertajuk Transisi ke Ekonomi Hijau, What Have We Done and Ways Forward, Kamis (6/1/2022).

Baca Juga: Kendaraan Listrik: Perspektif Sisi Koin yang Terlupakan

Berdasarkan data yang ia sampaikan potensi kerugian ekonomi akibat perubahan iklim, antara lain disebabkan oleh kapal dan genangan pantai, penurunan ketersediaan air, penurunan produksi beras, dan peningkatan kasus demam berdarah.

Adapun rincian kerugian tersebut berasal dari sektor pesisir dan laut sebesar Rp408 triliun, sektor air sebesar Rp28 triliun, sektor pertanian sebesar Rp78 triliun, dan sektor kesehatan sebesar Rp31 triliun.

Dia menyebutkan hampir 99 persen bencana yang terjadi pada 2020 adalah bencana hidrometeorologi atau bencana yang disebabkan oleh kondisi cuaca dan iklim, seperti banjir, tanah longsor dan puting beliung.

Bappenas memproyeksikan perubahan iklim Indonesia berdasarkan skenario Representative Concentration Pathway 4.5 menunjukkan kenaikan suhu 1,5 derajat celcius pada tahun 2.100. Sedangkan, kenaikan suhu mencapai 3,5 derajat celcius dengan menggunakan skenario RCP 8.5.

"Secara rata-rata kerugian ekonomi yang dialami karena bencana hidrometeorologi setiap tahunnya sebesar Rp22,8 triliun," ucapnya.

Baca Juga: Arsitektur Hijau: Konsep Arsitektur yang Ternyata Menyimpan Sisi Lain

Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya mendorong skenario pembangunan yang lebih berkelanjutan, yang tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan, namun juga pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Bappenas mendorong enam strategi besar menuju transformasi ekonomi Indonesia, salah satunya ekonomi hijau dan rendah karbon.

Medrilzam menjelaskan ekonomi hijau merupakan model pembangunan yang menyinergikan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas lingkungan.

"Ekonomi hijau ini dapat mendorong peluang kerja baru dalam konteks green job dan peluang baru dalam green investment," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI