Suara.com - Keputusan sejumlah perusahaan asing subsektor hulu minyak dan gas bumi (migas) yang angkat kaki dari Indonesia menurut Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, patut disikapi positif oleh perusahaan lokal.
"Ini kesempatan buat pemain dalam negeri untuk unjuk gigi," kata Dwi dalam pernyataan yang dikutip di Pekanbaru, Riau, Selasa (4/1/2021).
Dalam kesmepatan yang sama, Dwi meminta publik tidak perlu ribut atas pilihan perusahaan asing tersebut, karena seharusnya publik melihat kemampuan perusahaan dalam negeri untuk mengambil potensi seluas-luasnya dalam bisnis hulu migas tersebut.
"Kenapa kita mengeluh orang lain pergi? Padahal seharusnya potensi dalam negeri bisa dimanfaatkan secara maksimal," ujarnya.
Baca Juga: Pertamina Field Limau Komitmen Dalam Pelaksanaan Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan
Meski demikian, keberadaan perusahaan migas asing diakuinya masih sangat dibutuhkan bagi Indonesia untuk mencapai target produksi 1 juta BOPD dan gas bumi 12 miliar MMSCFD pada 2030.
Pemerintah kabarnya akan melakukan berbagai pembenahan agar iklim investasi dapat kembali memikat pemilik modal asing untuk masuk ke Indonesia.
Dalam beberapa waktu terakhir, perusahaan migas yang angkat kaki dari Indonesia ada Total, Shell, Chevron, hingga ConocoPhillips melepas bisnis hulu migas ke perusahaan dalam negeri.
Salah satu perusahaan dalam negeri yang sukses memperlihatkan kepiawaian mereka dalam mengelola blok migas yang dilepaskan asing adalah PT Pertamina Hulu Rokan yang menggarap Blok Rokan di Provinsi Riau.
Ketika Pertamina mengambil alih Blok Rokan dari tangan Chevron pada 9 Agustus 2021 lalu, produksi wilayah kerja itu hanya sebesar 150 ribu barel per hari.
Baca Juga: Kejar Target Produksi Migas Tak Lupakan Inisiatif Tekan Emisi Karbon
Perseroan lantas mencatatkan jumlah produksi harian Blok Rokan meningkat menjadi 162 barel minyak per hari (BOPD) hingga November 2021.
Pertamina menargetkan wilayah kerja ini mampu menghasilkan 180 BOPD sepanjang tahun 2022, lalu meningkat menjadi 300 ribu BOPD pada 2025 mendatang.
Saat ini, pemerintah telah memberikan dukungan dan sangat terbuka untuk mempercepat monetisasi berbagai lapangan minyak dan gas bumi agar potensi energi tersebut dapat diambil sepenuhnya untuk mendukung penerimaan negara dan modal pembangunan.
Pada 2022, pemerintah telah menetapkan targetkan jangka pendek di subsektor hulu minyak dan gas bumi berupa produksi 703 ribu barel minyak per hari (BOPD) dan gas bumi 5.800 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Dalam upaya mencapai target produksi jangka pendek itu, SKK Migas berkomitmen akan mengawal pengeboran 900 sumur pengembangan pada tahun ini agar pelaksanaannya bisa berjalan baik dan tidak ada kendala.
Jumlah 900 sumur pengembangan untuk tahun ini berasal dari hasil pembahasan work, program, and budget (WPnB), kesepakatan tambahan, dan rencana program filling the gap.
Hasil WPnB ada 790 sumur pengembangan, kemudian 10 tambahan sumur pengembangan dan potensi 100 sumur pengembangan dari survei Full Tensor Gravity Gradiometry (FTG).