Suara.com - Harga minyak dunia diprediksi bakal lebih bergerak lebih tinggi pada tahun 2022 ini, permintaan yang meningkat menjadi salah satu alasannya, meski OPEC Plus tetap menyetujui peningkatan produksi dan kekhawatiran tentang bagaimana meningkatnya infeksi Covid dapat memengaruhi permintaan.
"Pertemuan bulanan OPEC Plus yang akan berkembang selama beberapa hari ke depan lebih cenderung membuktikan bullish ketimbang bearish karena beberapa anggota OPEC mengalami kesulitan mencapai kuota yang ditetapkan," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois dikutip dari CNBC.com, Selasa (4/1/2022).
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melonjak USD1,20 atau 1,5 persen menjadi USD78,98 per barel, setelah sebelumnya melesat setingginya USD79,05.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, meningkat 87 sen menjadi USD76,08 per barel.
Baca Juga: Meski Kebijakan Diperbaiki, Minyak Goreng Sumbang Inflasi Tertinggi di Sumsel
"Tingkat infeksi meningkat secara global, pembatasan diberlakukan di beberapa negara, sektor perjalanan udara, di antara lainnya, mengalami tekanan, namun optimisme investor nyata," kata Tamas Varga, analis PVM.
Banyak sekolah Amerika yang biasanya menyambut siswa kembali ke ruang kelas pada Senin menunda start date mereka, dan bersiap untuk kembali ke pola pembelajaran jarak jauh ketika rekor jumlah kasus varian Omicron menghantam negara itu.
Minyak mendapatkan beberapa dukungan dari gangguan di Libya. Produksi minyak akan dipotong 200.000 barel per hari selama seminggu karena pemeliharaan jaringan pipa.
Tahun lalu, Brent melambung 50 persen didorong pemulihan global dari pandemi Covid-19 dan pengurangan pasokan OPEC Plus, bahkan ketika infeksi mencapai rekor tertinggi di seluruh dunia.
Baca Juga: Harga Minyak Goreng Melonjak, Jokowi Perintahkan Mendag Operasi Pasar