Suara.com - Jelang akhir tahun ini, hampir semua komoditas bahan pokok mengalami penaikan harga di semua provinsi.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) pada Rabu (29/12/2021), kenaikan paling tinggi terjadi pada harga telur ayam ras segar yang dibanderol Rp 30.300 per kilogram atau naik Rp 700 (2,36%).
Kenaikan tersebut diikuti oleh harga minyak goreng kemasan bermerek 2 dengan kenaikan Rp 300 atau 1,52% sebesar Rp 20.050 per kilogram.
Kemudian, harga minyak goreng kemasan bermerek juga alami kenaikan 1,23% atau Rp 250 menjadi Rp 20.600 per kilogram.
Baca Juga: Ngeri Lihat Harga Cabai dan Minyak Goreng Jelang Tahun Baru
Selanjutnya, komoditas harga bawang merah ukuran sedang mengalami kenaikan menjadi Rp 30.400 per kilogram atau naik 1,16%.
Setelah itu, harga gula pasir juga mengalami kenaikan menjadi Rp 13.350 per kilogram dan diikuti oleh harga bawang putih ukuran sedang menjadi Rp 30.050 per kilogram, serta cabai rawit hijau yang naik menjadi Rp 60.100 per kilogram.
Namun, beberapa komoditas justru mengalami penurunan harga pada hari ini, diantaranya, cabai rawit merah yang turun 1,09% atau Rp 1.050 menjadi Rp 95.350 per kilogram.
Lalu, harga cabai merah keriting yang juga ikut turun 0,56% menjadi Rp 52.850 per kilogram serta, harga gula pasir kualitas premium yang turun 0,33% menjadi Rp 15.200 per kilogram. Sementara, harga minyak goreng curah tetap sama sebesar Rp 18.250 per kilogram.
Sebelumnya, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menilai kenaikan tiga harga komoditas pangan di pasaran pada akhir tahun ini tidak wajar.
Baca Juga: Harga Cabai Rawit Merah di Pasar Kramat Jati Makin Pedas, Tembus Rp 90 Ribu per Kg
Kondisi ini, menurut Ikappi merupakan yang pertama kali terjadi. Adapun, tiga komoditas pangan yang mengalami kenaikan pada akhir tahun ini di antaranya, minyak goreng, cabai rawit dan telur.
"Tiga komoditas yang cukup mengagetkan masyarakat khususnya, emak-emak ini membuat kita semua menjadi cukup sulit menghadapi perpindahan tahun ini. Jujur kami Ikappi juga tidak menduga bahwa kenaikan harga pangan yang relatif panjang dan tinggi ini terjadi di akhir tahun 2021, " ujar Sekretaris Jenderal Ikappi Reynaldi Sarijowan dalam keterangannya, Selasa (28/12/2021).
Reynaldi menilai, kenaikan yang tinggi pada harga minyak goreng juga belum pernah terjadi. Ia mengakui, karena harga minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dunia tinggi maka harga minyak goreng curah dan kemasan cukup tinggi.
"Kami berharap pemerintah mengantisipasi dan melakukan upaya lanjutan sehingga tahun 2022 minyak goreng segera bisa turun harganya," ucapnya.
Terkait harga cabai rawit merah, Reynaldi menyebut, terdapat dua faktor yang cukup tinggi, pertama karena cuaca dan kedua karena permintaan tinggi suplai dan permintaan tidak seimbang.
"Kami berharap ke depan ada grand design pangan, strategi pangan untuk cabai rawit merah agar wilayah-wilayah produksi cabai rawit merah bisa diperbanyak dan bisa di selesaikan persoalan ini sehingga tidak kunjung tinggi harganya setiap tahun," katanya.
Lalu, Reynaldi menambahkan, pada harga telur yang kini tembus di angka Rp 30 ribu per kg ini adalah pencapaian yang menurut pedagan pasar buruk.
"Tiga catatan ini membuat kami memberikan rapor merah kepada kementerian perdagangan dan kementerian pertanian, kami berharap agar kita bersama-sama menjaga agar harga pangan tidak tinggi dan masyarakat atau konsumen tidak kesulitan mendapatkan pangan," katanya.