“Itulah upaya yang tengah kami lakukan saat ini,” tegas dia.
Hanya upaya untuk mewujudkan hal semacam itu kerapkali masih terbentur pada kendala. Salah satunya adalah informasi. Misalnya, masyarakat tidak memiliki informasi ke mana mesti menyalurkan sampah-sampah yang sudah mereka pilah.
Mereka juga tidak tahu di mana lokasi-lokasi Bank Sampah di suatu daerah. Lalu, di sisi lain pihak yang mengolah sampah juga kerap kesulitan mencari sampah sebagai bahan baku.
Bahkan pihak pengguna hasil olahan sampah, seperti industri yang menggunakan briket sebagai bahan bakar, kerap kesulitan mencari briket. Maka, mesti ada pihak yang mempertemukan seluruh stakeholders tersebut. Konsep itulah yang sedang dikembangkan Yunita melalui Jababeka Smart Township Initiative-nya.
Model 4C
Dalam mengembangkan inisiatifnya, Yunita mengusung model 4C yang meliputi Conservation, Community, Culture dan Commerce. Dia menjelaskan lebih lanjut bahwa upaya pengelolaan sampah menjadi salah satu kegiatan dalam konservasi lingkungan hidup.
Upaya ini harus dilakukan oleh komunitas, dan manfaatnya harus dirasakan oleh komunitas tersebut.
“Selain dalam bentuk nilai ekonomis, ada manfaat lain yang dipetik oleh masyarakat, seperti lingkungan yang lebih bersih dan sehat,” katanya.
Lalu, upaya-upaya tersebut juga harus mempunyai nilai komersial dan berkontribusi dalam pengembangan budaya setempat.
Baca Juga: Produk Kecantikan Ini Rilis Produk Kemasan Refill, Aksi Nyata untuk Bumi yang Lebih Baik
“Jadi, tiap C dalam model 4C tersebut harus saling mendukung satu sama lain,” cetus Yunita.