Suara.com - Generasi muda diharapkan turut menyadari bahwa perubahan iklim akan menjadi tantangan bagi kehidupan masyarakat Indonesia ke depannya. Sebab, persoalan krisis iklim ini dapat berpengaruh dan menentukan masa depan bangsa.
Dian Paramita, Digital Organizer dari LSM lingkungan internasional yang menangani krisis iklim bernama 350.org Indonesia mengatakan, krisis iklim dan lingkungan merupakan sebuah tantangan bagi anak muda, yang merupakan generasi penerus masa depan bangsa. Oleh karena itu, ia percaya anak muda dapat menyuarakan permasalahan iklim.
“Saya percaya anak muda bisa. Apalagi dengan sosial media, dengan teknologi, dengan media, yang lebih bebas seperti sekarang ini, itu lebih mudah lagi jadi saya percaya sebenarnya kekuatan anak muda itu sangat kuat, apalagi sekarang,” ujar Dian dalam video yang diunggah akun instagram Bicara Udara ditulis Kamis (23/12/2021).
Lebih lanjut, Dian menjelaskan, saat ini yang menjadi tantangan dalam menyuarakan persoalan krisis iklim adalah ketidaktahuan masyarakat mengenai krisis iklim, apa penyebab dan dampaknya, serta betapa pentingnya perubahan iklim bagi kehidupan manusia.
Baca Juga: Selintas Perubahan Iklim, Apa yang Sesungguhnya Terjadi?
“Dikiranya, udaranya panas, panas saja. Dikiranya, banjir, ya karena sistem drainase buruk, walaupun itu ada hubungannya. Dikiranya, hanya karena ada bencana tanah longsor, ya 10 tahun lalu, 30 tahun lalu juga ada tanah longsor. Dipikirannya, itu tidak ada hubungannya dengan krisis iklim,” ucapnya.
Kemudian, kata Dian, perubahan iklim juga memiliki keterkaitan dengan polusi udara. Menurutnya, sumber utama polusi udara memiliki kesamaan dengan perubahan iklim, yaitu pembakaran energi fosil.
“Jadi, kalau kualitas udaranya bagus, maka iklimnya akan bagus. Jadi saling sama gitu karena sumbernya sama. Kalau bisa men-tackle polusi udara artinya bisa men-tackle krisis iklim. Nah, pemerintah ini perlu strategi yang bagus untuk membuat kebijakan yang bisa terus menurunkan emisi yaitu menurunkan pembakaran energi fosil,” tuturnya.
Menurut Dian, untuk menanggulangi krisis iklim itu butuh perubahan sistematik. Perubahan sistematik, lanjut dia, baru dapat terjadi jika ada people power atau suara masyarakat yang bersatu untuk mendorong pemerintah mengubah sistem penanggulangan krisis iklim.
“Kalau kita tahu hak dan kewajiban, kita tahu informasi pengetahuan dan kita kritis, biasanya orang-orang itu yang bisa memperbaiki bumi ini secara individu maupun saat berjuang bersama-sama memperbaiki sistem,” pungkasnya.
Baca Juga: Selamat! Medan Terpilih Jadi Lokasi Program Mitigasi Perubahan Iklim