Suara.com - PT Verena Multi Finance Tbk (VRNA) perusahaan pembiayaan di sektor ritel dan korporasi menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp20 miliar sampai Rp30 miliar di tahun 2022 mendatang.
Capex ini diantaranya akan digunakan untuk beberapa rencana pengembangan bisnis, salah satu melakukan pembukaan cabang baru di daerah dan digitalisasi.
"Tahun depan kami berencana untuk membuka cabang baru dan melakukan digitalisasi, ini dimaksudkan untuk memberi kemudahan konsumen kami dalam melakukan pembayaran pinjaman, jadi kira-kira sekitar Rp20 sampai Rp30 miliar," ucap Direktur Verena Multi Finance, Andi Harjono dalam public expose perseroan di Jakarta, Rabu (22/12/2021).
Sumber dana yang bakal digunakan kata dia berasal dari kas perseroan yang saat ini terbilang masih cukup.
Baca Juga: Tingkatkan Kapasitas Petani Garam, LPEI Gandeng Nusa Gastromy Foundation
"Karena kami masih memiliki kas internal yang cukup, apalagi pemegang saham kami seperti Mizuho Leasing dan Panin Bank memiliki ketersediaan dana yang sangat cukup," kata Andi.
Sementara itu, Direktur Unit Bisnis Ritel Yudi Gustiawan menambahkan bahwa pada tahun depan bisnis pembiayaan bakal makin moncer, mengingat kondisi pemulihan perekonomian sudah menunjukkan tren positif.
"Kami optimistis bahwa pertumbuhan industri pembiayaan pada tahun depan akan semakin baik, ruang untuk tumbuh masih sangat lebar," katanya.
Di kuartal III 2021, VRNA mencatatkan pembiayaan sebesar Rp2,17 triliun, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp2,41 triliun.
Pembiayaan terdiri atas pembiayaan konsumen Rp1,19 triliun, naik dari Rp1,09 triliun, sewa pembiayaan Rp833 miliar, lebih rendah dari Rp1,21 triliun, dan pembiayaan lainnya Rp142,34 miliar, yang naik dari Rp113,58 miliar.
Baca Juga: Dukung Rumput Laut Indonesia Mendunia, LPEI Resmikan Program Desa Devisa di Sidoarjo
Penurunan itu berimbas terhadap kinerja pendapatan VRNA yang tercatat Rp225,34 miliar, turun dari Rp236,44 miliar.
Kontribusi pendapatan terbanyak berasal dari pembiayaan konsumen Rp138,29 miliar, sewa pembiayaan Rp51,80 miliar, administrasi dan provisi Rp21,34 miliar, penalti Rp9,53 miliar, bunga Rp346,38 juta, dan pendapatan lainnya Rp4,01 miliar.
Meski demikian, perusahaan ini mampu mengumpulkan laba periode berjalan Rp24,23 miliar, melambung tinggi dibandingkan periode serupa tahun lalu, laba sebesar Rp1,40 miliar. Ini disebabkan adanya efisiensi pada beban, khususnya dari bunga dan keuangan.