Suara.com - Harga minyak dunia terbang tinggi lebih dari 3 persen pada perdagangan Selasa, bangkit sehari setelah penurunan tajam, tetapi investor tetap berhati-hati karena varian Omicron.
Mengutip CNBC, Rabu (22/12/2021) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melonjak USD2,46 atau 3,4 persen menjadi USD73,98 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melesat USD2,51 atau 3,7 persen menjadi USD71,12 per barel.
"Ini adalah pasar pragmatis yang ingin menjadi bullish tetapi menyadari itu merupakan reli karena mendapatkan bantuan, seperti yang terjadi pagi ini, tidak akan bertahan lama," kata Tamas Varga, analis PVM Oil Associates, London.
Baca Juga: Pedagang Minyak Goreng di Palembang Mengeluh Harga Naik, Pilih Tak Jual Minyak Curah
Sejumlah negara di Eropa sedang mempertimbangkan pembatasan baru karena varian Omicron yang bergerak cepat menghantam dunia beberapa hari menjelang Natal, memberangus rencana perjalanan dan memicu kekacauan di pasar keuangan.
"Langkah-langkah itu kemungkinan bersifat sementara berkat peluncuran booster yang cepat di banyak negara," kata Craig Erlam, analis OANDA.
Infeksi Omicron berkembang dengan cepat di seluruh Eropa, Amerika Serikat dan Asia. Di Jepang, satu cluster di pangkalan militer berkembang menjadi setidaknya 180 kasus.
Namun, Moderna Inc membangkitkan harapan, Senin, ketika mengatakan dosis penguat vaksin Covid-19 tampaknya melindungi terhadap varian Omicron dalam pengujian laboratorium.
Di sisi pasokan, kepatuhan OPEC Plus terhadap pengurangan produksi minyak naik menjadi 117 persen pada November dari 116 persen pada bulan sebelumnya.
Baca Juga: Infeksi Omicron Terus Meningkat, Harga Minyak Dunia Anjlok Hingga 3,7 Persen
Persediaan minyak mentah AS diperkirakan turun selama empat minggu berturut-turut, sementara persediaan sulingan dan bensin kemungkinan naik.
Jajak pendapat itu dilakukan menjelang laporan dari American Petroleum Institute, sebuah kelompok industri, yang dijadwalkan pada Selasa, dan EIA, badan statistik Departemen Energi Amerika, yang akan dirilis Rabu.