Suara.com - Peneliti ekonomi digital dari Institut for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda mengungkapkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) akses digital seperti internet bagi kalangan disabilitas masih sangat rendah sekali hanya 9 persen dari total penyandang disabilitas di tanah air.
Hal tersebut dikatakan Nailul dalam webinar bertajuk: Difabel Berdaya Jadi Pemasar, Bantu Pulihkan Perekonomian, Selasa (21/12/2021).
"Sisanya 91 persen penyandang disabilitas mereka tidak mendapatkan akses internet," kata Nailul.
Sehingga kata dia gap yang dialami para kaum difabel dalam mendapatkan akses internet dengan kelompok masyarakat yang lain menjadi sangat besar.
Baca Juga: DPRD Kota Bogor Tunjukkan Perhatian pada Para Penyandang Disabilitas
Kondisi ini, kata dia makin membuat kaum difabel kesulitan untuk mengembangkan diri mereka untuk maju, seperti halnya dalam menaikkan kelas ekonomi mereka. Padahal kata Nailul diera digital seperti ini semua kelompok masyarakat akan sangat bisa maju dengan memanfaatkan peran digitalisasi, termasuk bagi kelompok difabel.
"Misalkan masuk ke dalam e-commerce, sangat-sangat bisa, asalkan mereka memiliki akses internet terlebih dahulu. Sehingga ketimpangan dari akses digital bisa didapatkan dan ini pekerjaan pemerintah," ucapnya.
Jumlah penduduk disabilitas di Indonesia berdasarkan data-data yang ada dari BPS 2020 sebanyak 22,5 juta orang.
Sementara berdasarkan survei sosial ekonomi nasional atau susenas 2018 mengungkapkan bahwa akses informasi penyandang disabilitas dalam penggunaan ponsel atau laptop hanya 34,89 persen, sedangkan untuk non-disabilitas sebesar 81,61 persen.
Sementara untuk pemanfaatan internetnya sendiri penyandang distabilitas hanya menjangkau itu 9 persen, dan aksebilitas berada jauh dibanding dengan non-disabilitas yaitu 45,46 persen.
Baca Juga: Kondisi Gedung Diskominfo Natuna Setelah Terbakar, Internet Pemkab Sempat Mati