Rupiah Akhir Pekan Keok Lagi, Omicron Penyebab Utama

Jum'at, 17 Desember 2021 | 17:35 WIB
Rupiah Akhir Pekan Keok Lagi, Omicron Penyebab Utama
Ilustrasi--pergerakan harga saham di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. [Suara.com/Arya Manggala]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rupiah pada penutupan perdagangan akhir pekan ini tetap belum mampu menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS). Kabar masuknya virus corona varian Omicron jadi sentimen negatif bagi rupiah.

Pada petang ini mata uang Garuda melemah 0,17 persen atau 25 poin ke level Rp14.367 dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya di Rp14.342. Rupiah terpantau berada di seminggu terendahnya.

Meski begitu, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelaku pasar optimis virus omicron yang terdeteksi di Indonesia bisa di tanggulangi secepatnya oleh pemerintah.

"Presiden Joko Widodo meminta masyarakat agar waspada tapi perkembangan omicron ini jangan membuat kita panik. Untuk itu, masyarakat yang belum divaksin agar segera divaksin," kata Ibrahim dalam analisanya.

Baca Juga: Berharap Kasus Tak Meroket Setelah Omicron Masuk, Ketua DPRD DKI: Amit-amit Jabang Bayi

Sementara dari sisi eksternal kata Ibrahim karena faktor investor yang mencerna kejutan kenaikan suku bunga dari Bank of England (BOE), dan Bank Sentral Eropa (ECB) mengadopsi sikap yang lebih hawkish.

"Bank sentral utama telah mengadopsi kebijakan yang berbeda karena ketidakpastian tentang dampak varian omicron Covid-19 pada pemulihan ekonomi tetap ada. Perdebatan tentang sejauh mana bank sentral harus bertindak untuk mengekang inflasi yang tinggi juga terus berlanjut," katanya.

Dalam sebuah langkah yang mengejutkan pasar, Bank of England (BOE) menaikkan suku bunga menjadi 0,25 persen ketika menurunkan keputusan kebijakannya pada hari Kamis, menjadi bank sentral Kelompok 7 (G7) pertama yang menaikkan suku bunga sejak awal Covid-19.

Sementara itu ECB, dalam keputusan kebijakannya sendiri yang diturunkan pada hari yang sama dengan BOE, mengumumkan rencana pengurangan aset selama kuartal mendatang. Namun, bank sentral juga menekankan fleksibilitas kebijakan.

Di Asia Pasifik, Bank of Japan menurunkan keputusan kebijakannya pada hari sebelumnya, di mana mempertahankan suku bunga tidak berubah pada -0,10 persen. Ini mempertahankan nada dovishnya tetapi dapat mengurangi pendanaan darurat Covid-19

Baca Juga: Asal Usul Nama Omicron pada Varian Terbaru Virus Corona

The Fed akan mempercepat program pengurangan asetnya menjadi USD30 miliar setiap bulan, katanya dalam pertemuan keputusan kebijakan pada hari Rabu.

"Bank sentral juga mempertahankan suku bunganya tidak berubah tetapi akan memiliki tiga kenaikan suku bunga seperempat poin pada tahun 2022, tiga pada tahun 2023, dan dua lagi pada tahun 2024," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI