Coinfest 2022: Waspada Crypto Winter Walau Bitcoin Masih Bullish

Iwan Supriyatna Suara.Com
Jum'at, 17 Desember 2021 | 06:44 WIB
Coinfest 2022: Waspada Crypto Winter Walau Bitcoin Masih Bullish
Ilustrasi Bitcoin (Unsplash/Andre)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Coinfest 2022 telah sukses digelar pada Sabtu (11/12/2021) acara yang bertujuan memberikan edukasi dan informasi terhangat seputar perkembangan industri crypto dari mulai regulasi, NFT, DeFi, GameFi, Blockchain, hingga melihat prediksi pergerakan pasar Altcoin dan Bitcoin.

Acara ini berlangsung kurang lebih enam jam dengan diisi oleh pembicara ahli di bidangnya masing-masing. Coinfest 2022 didukung oleh Luno, Triv, Bitocto, Tokocrypto, Rekeningku, dan Cindrum.

Acara ini mengupas tuntas mengenai perkembangan dan prospek dari berbagai trend hangat yang ada di industri crypto saat ini. Salah satu bahasan menarik di Coinfest adalah melihat potensi Altcoin dan Bitcoin tahun depan, sebab tahun ini harga aset-aset tersebut sudah cukup tinggi dan dikhawatirkan atau bahkan diprediksi akan mengalami crypto winter.

Sebuah istilah yang mengacu pada kondisi yang terjadi ketika nilai aset kripto mengalami penurunan drastis di bawah nilai tren bullish normal.

Baca Juga: Lupa Pernah Beli Crypto, Pria Asal Mojokerto Mendadak Untung Rp 500 Juta

“Untuk crypto winter menurut saya bisa terulang kembali, karena kalau dilihat pelakunya sudah bukan ritel lagi tetapi institusi bahkan bank, ini terbuka lebar untuk trader atau investor melihat kembali potensi koin di 2022 nanti agar bisa menghadapi winter season nanti,” kata Wicky Zeroski saat mengisi materi Altcoin di Coinfest 2022 ditulis Jumat (17/12/2021).

Dalam menghadapi musim dingin crypto ini, Wicky pun menyarankan para trader untuk melihat crypto dengan fundamental yang bagus utamanya koin-koin yang masuk peringkat 10 besar bedasarkan kapitalisasi pasar.

“Untuk pilih altcoin tahun depan bisa mulai perhatikan aset yang menganut DeFi, Metaverse atau bahkan NFT,” katanya.

Hal ini dikarenakan tren industri tahun depan tidak akan jauh dari ketiga hal tersebut, apalagi dengan Facebook yang rela berganti nama menjadi Meta untuk fokus ke Mateverse. DeFi pun memiliki ekosistem yang besar dan masih banyak sekali hal yang bisa dieksplor baik untuk staking, lending, atau farming.

Sedangkan NFT terus mendapatkan kepopulerannya dengan sifatnya yang unik dan langka, beberapa NFT pun telah berhasil meraih rekor harga fantastis. NFT pun menjadi aset yang kemungkinan akan digunakan dalam metaverse di masa depan untuk menandakan sebuah kepemilikan.

Baca Juga: Elit Dunia Makin Percaya Investasi Bitcoin: Nilai Lindung Terhadap Inflasi Luar Biasa!

Prediksi: Bitcoin Bullish Tetapi Tak akan Lama

Walau crypto winter akan tiba, namun kapan itu akan berlangsung tidak ada yang tahu pasti. Menurut Danny Taniwan, Founder Cryptowatch yang mengisi materi soal kondisi market Bitcoin mengatakan jika Bitcoin kemungkinan masih bullish jika melihat dari on chain data dan thermo indikator yang berisi gabungan delapan indikator diantaranya adalah MVRV, NUPL, Asopr, MC/TC, Puell Multiple, Reverse Risk, RHODL, S2F Deflection.

Ke delapan indikator tersebut mencoba membandingkan harga tertinggi Bitcoin di 2017 dengan harga Bitcoin di 10 Desember yang berada di kisaran $48.000.

“Rata-rata berada di 32, ini artinya 32% dari harga puncak di 2017, kalau 2017 ini 100% di harga hampir 20.000. Nah sekarang ada di sekitaran 48.000 tapi ini hanya 32%, jadi menurut saya pesta ini belum dimulai, saat ATH terbaru di 69.000 kemarin itu bahkan tidak menyentuh 40-an persen, makanya koreksi ini juga hanya di 32% sejauh ini, jadi menurut saya masih ada bull run belum selesai,” kata Danny.

Danny juga melihat bahwa sejauh ini siklus Bitcoin menunjukkan pengulangan, di mana setahun setelah halving akan ada bull run, yang bisa terlihat di tahun ini. Tetapi ia pun mengingatkan bahwa setiap siklus akan unik dan belum tentu mengulang hal yang sama persis.

“Ini bisa saja ada last cycle di mana proses kenaikan berlangsung pelan, sebab siklus sebelumnya ritel yang menggerakan sedangkan kali ini institusi dan negara sudah masuk,” katanya.

Meski bull run masih diprediksi berlanjut tahun depan, namun Chris Tahir founder Cryptowatch yang mengisi materi serupa memprediksi fase tersebut akan selesai pada Maret 2022. Hal ini ia ungkapkan saat memaparkan analisis dengan melihat pola siklus yang ada.

“Ada dua pola yang dilihat, horizontal berdasarkan waktu, mengukur dari halving ke pucuk. Di mana kalau dilihat halving pertama ke pucuk itu sekitar 12 bulan, di halving kedua hingga ke pucuk 17 bar, kalau pola ini berjalan kembali, “pesta” akan selesai di kuartal satu 2022 Maret 2022,” katanya.

Ia memaparkan kembali, untuk melihat pola vertikal maka mengukur dari harga puncak ke puncak, jaraknya ada 3.700% dari setelah halving. Setelah halving pertama dari pucuk ke pucuk ada 1.400%, kalau dari angka tersebut dibagi 2,5 kali lipat ada potensi kenaikan 579%, target harga Bitcoin akan ada $138.000.

“Ini angka yang lebih besar dari stock to flow tetapi ini berdasarkan siklus dan pola, juga tergantung dengan sentimen, “ katanya.

Chris pun kembali melihat berdasarkan pola gelombang, menurutnya berdasarkan pola ini harga Bitcoin akan ada di kisaran 76.700-90.000 dollar Amerika, ini lebih rendah dari pola siklus. Karena itu bagi trader bisa mengantisipasi dua kemungkinan tersebut untuk menentukan strategi yang tepat untuk masuk atau keluar dari market Bitcoin.

Bullish Bitcoin memang diprediksi masih berlangsung namun bukan berarti crypto winter tidak akan tiba, karena itu para trader atau investor diharapkan menyiapkan strategi yang matang untuk memanfaatkan kondisi market, sebab harga Bitcoin dan crypto lainnya bisa berubah dengan sangat cepat tergantung dengan kondisi yang akan dihadapi tahun depan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI