Bantu Kendala Tracing Lapangan, Riset Air Limbah Digelar Guna Putus Sebaran COVID-19

M Nurhadi Suara.Com
Kamis, 16 Desember 2021 | 06:40 WIB
Bantu Kendala Tracing Lapangan, Riset Air Limbah Digelar Guna Putus Sebaran COVID-19
Ilustrasi- penerimaan distribusi vaksin COVID-19 di instalasi farmasi Kota Yogyakarta [HO-Humas Pemkot Yogyakarta]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Air limbah kini diteliti oleh Tim dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) guna mendeteksi penyebaran COVID-19.

"Penelitian tentang limbah ini mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 dari limbah. Bisa jadi alternatif ketika banyak orang terpapar COVID-19 namun biasanya tidak memiliki gejala," kata Ketua Pusat Kajian Penelitian Kesehatan Anak-PRO FKKMK UGM Dr. dr. Ida Safitri seusai melakukan audiensi dengan Wagub DIY Paku Alam X di Kepatihan, Yogyakarta, Selasa (14/12/2021) lalu.

Penelitian ini bisa jadi alternatif riset penyebaran virus corona sehingga bisa membantu proses pelacakan kasus COVID-19. Terlebih, tracing seringkali terkendala di lapangan.

"Tidak mudah ya untuk 'tracing', yang tidak bergejala kan juga kadang tidak bersedia di-swab (tes usap). Kita ambil sistem buangan limbah ini hasilnya bisa kita jelaskan mana saja yang terdeteksi virusnya dan dihubungkan dengan kasus transmisi yang ada di wilayah sekitar situ," ujar Ida.

Baca Juga: Kasus Aktif Covid-19 di Bantul Melandai, Kini Tinggal 16 Orang

Tim FKKMK UGM sendiri sudah melaporkan kepada Wagub terkait perkembangan riset yang sudah dilaksanakan sejak Juli lalu.

Peneliti Utama Surveillance COVID-19 air limbah dan lingkungan, dr. Indah Kartika Murni, menjelaskan bahwa sampel penelitian dilakukan di tiga wilayah di DIY yakni Kota Yogyakarta, Sleman, dan Bantul dengan masing-masing 10 kecamatan.

"Sampelnya dari manhole, sungai, lingkungan sekitar, tempat berkerumun seperti pasar, rusunawa, masjid, dan sebagainya," ujar dia.

Sampel ini lantas diserahkan kepada laboratorium mikrobiologi untuk diperiksa dengan proses selama dua hari kerja. Riset sendiri digelar ketika penularan COVID-19 mengalami lonjakan pada pertengahan tahun ini.

"Waktu itu, dengan metode ini di mana tingkat penularan mencapai 80 persen yang digambarkan melalui deteksi air limbah juga hasilnya sama yaitu 80 persen positif. Bagusnya kalau lewat limbah itu, hasilnya bisa diketahui lebih awal dibandingkan dari hasil PCR," pungkasnya.

Baca Juga: Ini Daftar Lokasi Vaksin Covid-19 Anak Usia 6-11 Tahun Kota Bekasi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI