“Mari kita menggerakkan perubahan dengan sama-sama mewujudkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka,” tegasnya.
Pembicara lain yang hadir dalam webinar tersebut juga menjabarkan soal pentingnya kajian pengurangan risiko di bidang kesehatan dan lingkungan Prof (Ris) Dr Endang Sukara pakar Life Science dan Guru Besar UNAS menjelaskan, inovasi serta penelitian di bidang bioteknologi harus lebih banyak didorong oleh universitas karena berpotensi besar mengurangi risiko Kesehatan dan lingkungan.
“Dalam konteks pengurangan bahaya lingkungan, riset trans atau meta disiplin dapat menjadi awal solusi penyelesaian masalah lingkungan”, paparnya.
Selain itu, mantan Direktur Kebijakan Penelitian dan Kerja Sama Badan Kesehatan Dunia, Profesor Tikki Pangestu menerangkan persepsi lain terkait pengurangan risiko sehubungan dengan penguran risiko tembakau.
Dalam paparannya Tikki menyebutkan rokok sebagai salah satu permasalahan kesehatan akut yang harus segera diselesaikan melalui produk inovasi yang menerapkan konsep pengurangan risiko. Sebab, jumlah perokok di Indonesia telah mencapai 65 juta.
“Apakah ada inovasi baru untuk turunkan prevalensi? Jawabannya ada. Produk tembakau alternatif untuk mengatasi epidemi merokok,” ungkap Tikki.
Tikki meneruskan, produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, maupun snus, telah menerapkan konsep pengurangan risiko. Produk-produk tersebut mampu meminimalisasi risiko hingga 90 persen-95 persen. Namun, karena minimnya riset mengenai hal ini di Indonesia menyebabkan banyak pihak belum mengetahuinya.
Dengan menggerakan riset, hasil dari kajian tersebut nantinya dapat menjadi acuan bagi para pembuat kebijakan dalam merumuskan suatu aturan.
"Isu ini sangat sensitif sehingga harus didorong dengan banyak penelitian di bidang ini. Penelitian adalah bagian integral untuk mencari solusi demi permasalahan kesehatan,” ujar Tikki.
Baca Juga: Kampus Merdeka, Idealita atau Utopia?