Evergrande Dinyatakan Gagal Bayar, Harga Minyak Dunia Langsung Anjlok

Jum'at, 10 Desember 2021 | 07:25 WIB
Evergrande Dinyatakan Gagal Bayar, Harga Minyak Dunia Langsung Anjlok
Pendiri Evergrande Jual Aset. [ANTARA]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Harga minyak dunia anjlok 2 persen setelah berita gagal bayarnya perusahaan properti raksasa China Evergrande.

Mengutip CNBC, Jumat (10/12/2021) harga minyak mentah berjangka brent turun USD1,40, atau 1,9 persen menjadi USD74,42 per barel, mundur dari sesi tertinggi USD76,70.

Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun USD1,42, atau 2 persen pada USD70,94 setelah mencapai puncak USD73,34.

Pada hari Kamis, lembaga pemeringkat Fitch menurunkan peringkat pengembang properti China Evergrande Group dan Kaisa Group ke status “default terbatas”, dengan mengatakan mereka telah gagal membayar obligasi luar negeri.

Baca Juga: Investor Tak Lagi Khawatir Omicron, Harga Minyak Dunia Terus Menguat

Sementara sebuah sumber mengatakan bahwa Kaisa Group telah mulai bekerja untuk merestrukturisasi utang luar negeri senilai USD12 miliar tersebut.

Berita itu “memperburuk kekhawatiran pertumbuhan PDB China dan pada akhirnya dapat mempengaruhi selera pembelian minyak dari pelanggan minyak mentah terbesar dunia,” kata analis Rystad Energy Louise Dickson.

Fitch Ratings pada Kamis (9/12/2021) memangkas peringkat Evergrande menjadi restricted default karena kegagalannya untuk melakukan dua pembayaran kupon pada akhir masa tenggang pada Senin (6/12/2021).

Ini menjadi sebuah langkah yang dapat memicu default silang pada utang pengembang properti tersebut yang senilai USD19,2 miliar.

Penurunan peringkat terjadi hanya beberapa menit setelah Fitch memberikan peringkat default yang sama ke Kaisa Group Holdings Ltd. Perusahaan ini juga gagal membayar obligasi USD400 juta dolar yang jatuh tempo Selasa (7/12/2021).

Baca Juga: Harga Naik, Pemerintah Salurkan Bantuan 11 Ribu Kilo Minyak Goreng untuk Batam Lewat Ritel

Bersama-sama, kedua perusahaan menyumbang sekitar 15 persen dari obligasi dolar yang beredar yang dijual oleh pengembang China.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI