Pemerintah China Bagi-bagi Uang 188 Miliar Dolar AS ke Masyarakatnya Supaya Cepat Pulih

Rabu, 08 Desember 2021 | 08:59 WIB
Pemerintah China Bagi-bagi Uang 188 Miliar Dolar AS ke Masyarakatnya Supaya Cepat Pulih
Ilustrasi bendera China. (Foto: Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah China kembali menyuntikkan dana untuk pelaku usaha dan masyarakat untuk mencegah keterpurukan pasca bangkrutnya raksasa properti negeri tirai bambu Evergrande.

Pemerintah menggulirkan dana hingga USD 188 miliar. Keputusan ini, setelah organisasi partai komunis Politbiro China baka mengambil tindak yang lebih agresif untuk melindungi ekonomi pada tahun 2022

Tim kepemimpinan Partai Komunis China, yang diketuai oleh Presiden Xi Jinping, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang memastikan stabilitas ekonomi akan menjadi prioritas utama di tahun depan.

Sementara, menurut kepala ekonomi China untuk Grup Macquarie Larry Hu, pernyataan tersebut merupakan pertama kalinya Politbiro melakukan stabilitas ekonomi.

Baca Juga: Ancam Warga Bogor, Dua Pegawai Pinjol Jaringan China Ditangkap Polisi

"Dengan kata lain, para pemimpin puncak sangat prihatin dengan risiko potensi ketidakstabilan," ujar Hu seperti dikutip dari CNN Bussiness, Rabu (8/12/2021).

Dalam hal ini, negara yang beribukota Beijing ini sangat berhati-hati dalam mengintervensi pemulihan ekonomi China selama pandemi virus corona.

Namun, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu mengungguli negara-negara besar lainnya selama pandemi, dan merupakan satu-satunya ekonomi global utama yang tumbuh tahun lalu.

Tetapi China telah menghadapi banyak tantangan untuk pertumbuhan pada tahun 2021, termasuk kekurangan listrik, penundaan pengiriman dan krisis di real estat.

Hu mencatat bahwa selama pertemuan Politbiro Desember lalu, kepemimpinan mengisyaratkan bahwa mereka akan memperketat peraturan tentang bisnis swasta.

Baca Juga: Diduga Rasis Sindir WNA China di Bandara, Olvah Alhamid Minta Maaf

"Kali ini, rapat Politbiro menyarankan bahwa prioritas telah bergeser dari pengetatan regulasi menjadi mendukung pertumbuhan," tambahnya.

Krisis real estat mungkin tampak paling besar bagi China. Evergrande salah satu pengembang terbesar dan paling berhutang di negara itu telah tertatih-tatih di ambang gagal bayarselama berbulan-bulan.

Analis telah lama khawatir bahwa runtuhnya Evergrande dapat memiliki efek riak di seluruh sektor properti di China, yang menyumbang sebanyak 30% dari PDB.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI