Dorong Iklim Ramah Investasi, Indonesia Siap Jadi Salah Satu Negara Ekonomi Terbesar 2030

Senin, 06 Desember 2021 | 09:00 WIB
Dorong Iklim Ramah Investasi, Indonesia Siap Jadi Salah Satu Negara Ekonomi  Terbesar 2030
(Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Foreign Direct Investment (FDI) merupakan investasi yang berasal dari luar negeri, atau sering disebut sebagai investasi dari pihak asing. Menurut blog.investree.id, di Indonesia, hingga saat ini jumlah investasi asing masih cukup tinggi, mencapai 63,42% dari total seluruh investasi. Artinya, FDI masih mendominasi investasi di Indonesia.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kembali merilis data capaian realisasi investasi pada Triwulan I (periode Januari - Maret) 2021 sebesar Rp219,7 triliun, atau meningkat 4,3% jika dibandingkan triwulan I Tahun 2020. Sedangkan jika dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya, meningkat sebesar 2,4%.

”Realisasi investasi asing sebesar 50,8% menunjukkan tumbuhnya kepercayaan dunia atas iklim investasi, serta potensi investasi di Indonesia. Hal ini tentu perlu mendapatkan apresiasi atas kerjasama seluruh pihak yang membantu kami dalam mendorong pertumbuhan investasi, terutama di saat pandemi Covid-19, yang masih dirasakan sampai saat ini,” ujar Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia.

Pada periode Triwulan I Tahun 2021 realisasi investasi di luar Jawa sebesar Rp114,4 triliun meningkat 11,7% dari periode yang sama pada tahun 2020 sebesar Rp102,4 triliun.

Baca Juga: HSBC dan Tamasek Kerja Sama Bikin Platform Pembiayaan Utang Infrastruktur Asia Tenggara

Masih menurut situs yang sama, lima besar negara asal PMA adalah Singapura (US$ 2,6 miliar, 34,0%); China (1,0 miliar dolar AS, 13,6%); Korea Selatan (0,9 miliar dolar AS, 11,1%); Hongkong, RRT (0,8 miliar dolar AS, 10,8%); dan Swiss (0,5 miliar dolar AS, 6,1%).

Pengesahan Omnibus Law yang dilakukan beberapa waktu lalu ternyata memberikan sentimen positif pada investor. Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal/BKPM menyebut, realisasi investasi selama triwulan II-2021 mengalami peningkatan 16,2%, sehingga mencapai Rp223,0 triliun. Jumlah ini mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, senilai Rp191,9 triliun.

Menanggapi soal saktinya Omnibus Law dalam memberikan dampak positif pada dunia investasi, Direktur Pengembangan Promosi Kementerian Investasi/BKPM, Ricky Kusmayadi, pernah mengatakan, Omnibus Law telah mampu menarik banyak investasi baru, menciptakan lapangan kerja, dan menstimulasi ekonomi.

"Omnibus Law menarik banyak investasi baru, menciptakan lapangan kerja, stimulasi ekonomi dengan menyederhanakan proses perizinan, harmonisasi berbagai undang-undang dan kebijakan, membuat pemutusan kebijakan lebih cepat bagi pemerintah pusat untuk merespons perubahan dan tantangan global," katanya, dalam webinar bertajuk “Connecting EU and UK Businesses to Growth Opportunities in ASEAN”, beberapa waktu lalu.

Teknologi Digital Dibidik Pemodal Asing
Salah satu peluang investasi yang dibidik luar para pemodal asing di luar negeri adalah bidang teknologi digital. Indonesia merupakan negara dengan jumlah pengguna internet tertinggi di dunia, yaitu sekitar 196 juta pengguna. Jumlah ini naik 15% daripada yang tercatat pada 2018.

Baca Juga: HSBC Indonesia Incar Nasabah Kaum Milenial Kaya

Dikutip dari Databoks, jumlah pengguna e-commerce di Indonesia pada 2017 mencapai 139 juta pengguna, kemudian naik 10,8% menjadi 154,1 juta pengguna tahun lalu. Tahun ini diproyeksikan akan mencapai 168,3 juta pengguna dan pada 2023 akan mencapai 212,2 juta pengguna.

Saat ini Indonesia tengah berbenah dalam memberikan layanan teknologi digital. Tahun ini, Indonesia menargetkan peningkatan infrastruktur fisik, seperti peluncuran konektivitas 4G ke 4.000 kabupaten dan subdivisi.

Dikutip dari bisnis.tempo, bulan lalu, Presiden Joko Widodo pernah menyebut, Indonesia berpotensi untuk menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-7 di dunia pada 2030. Salah satu indikasinya terlihat dari pertumbuhan ekonomi berbasis digital di Indonesia yang sangat positif, antara lain dari sektor perbankan, asuransi, hingga financial technology (fintech).

"Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini, perkembangan teknologi digital dalam kegiatan perekonomian malah semakin terakselerasi. Kita bisa membawa kita menjadi ekonomi terbesar dunia ke-7 di 2030," ujarnya dalam OJK Virtual Innovation Day 2021, Senin (11/10/2021).

Pernyataan Jokowi tersebut merupakan penekanan kembali tentang hal yang diungkapkannya pada 2018, saat ia meluncurkan Roadmap Implementasi Industri 4.0, yang disebut sebagai Making Indonesia 4.0.

Jokowi mengatakan, Making Indonesia 4.0 bakal mampu mengantarkan Indonesia berada dalam 10 peringkat ekonomi terbesar dunia pada 2030.

“Indonesia 4.0, di dalamnya terdapat beberapa aspirasi besar untuk merevitalisasi industri Indonesia secara menyeluruh. Harapannya, dengan mengimplementasi industri 4.0, maka Indonesia dapat mencapai top ten ekonomi global pada tahun 2030,” ujarnya di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (4/4/2018).

Bersoleknya Indonesia dalam bidang digital juga, antara lain juga disebabkan karena Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah G20 dan B20 pada 2022. Segala pembenahan tengah dilakukan dan hal ini menarik minat aliran dana FDI.

Menurut HSBC Global Research The Stars Align, di saat neraca perdagangan di seluruh negara ditopang oleh konsumsi domestik karena sektor manufakturnya terdampak akibat pandemi Covid-19, Indonesia justru bisa surplus karena adanya lonjakan harga komoditas dan industri ekspor baru. Neraca perdagangan Indonesia tahun ini diprediksi surplus 3%.

Memang volume produksi dan ekspor akan terhambat oleh hujan deras di Desember 2021, namun produksi diprediksi akan meningkat tahun depan. Pertumbuhan ekspor baja ringan juga akan mendapatkan titik terang di tahun depan, karena Indonesia juga memainkan peran yang sangat besar, yakni menjadi pemasok terbesar kendaraan listrik global.

Pabrik pertama yang mengolah cadangan nikel Indonesia menjadi nikel dan kobalt hidroksida, bahan kimia yang digunakan untuk baterai lithium, sudah mulai diproduksi pada Mei dan dua pabrik lain untuk memproduksi baterai EV jadi sedang dibangun oleh China dan Perusahaan Korea.

Komitmen HSBC
Dengan memahami kondisi ini, HSBC Indonesia berkomitmen untuk menjembatani nasabah dari global untuk berinvestasi di Indonesia. Direktur Commercial Banking PT Bank HSBC Indonesia, Eri Budiono mengatakan, Indonesia adalah pasar prioritas yang penting bagi HSBC.

“Kami telah mempromosikan dan memfasilitasi FDI ke Indonesia selama lebih dari 135 tahun, menghubungkan Indonesia dengan dunia dan sebaliknya. Sebagai ekonomi terbesar di ASEAN (35% dari PDB kawasan dan 40% dari populasi kawasan), Indonesia adalah tujuan FDI yang menarik karena pasar domestiknya yang besar, besarnya populasi berusia muda, pertumbuhan ekonomi digital yang cepat serta pertumbuhan pasar kelas menengah yang semakin meningkat,” tuturnya.

Apalagi, saat ini merupakan periode yang menarik bagi Indonesia. Sebab, pemerintah sedang menitikberatkan pembangunan di sektor ekonomi digital dan transisi ke ekonomi rendah karbon melalui program pasok batere EV. Selain itu, Indonesia juga berkomitmen untuk mendukung transisi ke net-zero sejalan dengan yang telah dicanangkan dalam forum COP26.

“Ambisi ini selaras dengan tujuan strategis HSBC dalam hal memberikan solusi digital dan inovatif kepada klien kami, mendukung investasi masuk ke Indonesia, dan membantu klien kami bertransisi ke jejak karbon yang lebih rendah,” ucapnya.

International Subsidiary Banking (ISB) HSBC memberikan pengalaman perbankan global yang konsisten kepada lebih dari 8.000 grup perusahaan dan anak perusahaan internasional. Beroperasi di lebih dari 50 pasar, kami dapat memberikan solusi yang sesuai kebutuhan bisnis global.

Tim HSBC ISB menyediakan perlindungan perbankan kepada anak perusahaan dari klien Commercial Banking, membantu mendapatkan keunggulan kompetitif dengan memanfaatkan kekuatan jaringan kami. Kami memiliki struktur yang unik untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tim global klien kami, memungkinkan kami menyediakan Relationship Manager khusus di tingkat kantor pusat, regional, dan anak perusahaan.

Dengan kemitraan bersama klien, kami dapat memberikan layanan yang konsisten dan berpusat pada klien di seluruh pasar, solusi keuangan yang disesuaikan, dan real time melalui platform teknologi pusat, yang memungkinkan peluang bisnis baru.

Lebih jauh dia mengatakan, International Subsidiary Banking (ISB) HSBC telah memberikan pengalaman perbankan global yang konsisten kepada lebih dari 8.000 grup perusahaan dan anak perusahaan internasional. Beroperasi di lebih dari 50 pasar, HSBC dapat memberikan solusi yang sesuai kebutuhan bisnis global.

Pendekatan ISB ini membuat perusahaan berada pada posisi yang ideal untuk memberikan visibilitas dan kendali kepada klien terhadap posisi keuangan global mereka dan mengoptimalkan keuangan mereka.

“Kami memberikan manfaat yang menarik bagi perusahaan induk dan anak perusahaan, membantu memfasilitasi pertumbuhan mereka.

ISB di Indonesia telah membangun cakupan di berbagai negara dan wilayah di seluruh dunia.

Relationship Manager lokal yang terdedikasi, Onshore China Desk, dan jaringan Regional Desk yang terhubung secara global untuk memberikan wawasan tentang budaya dan praktik bisnis lokal yang beragam.

“Kami akan membantu bisnis Anda untuk mengidentifikasi peluang pertumbuhan baru memasuki pasar Indonesia. Structured and Complex Products origination, termasuk namun tidak terbatas pada Capital Financing, Structured Debt Solutions, dan Investment Banking, memanfaatkan keahlian cakupan produk lokal dan regional, Likuiditas dan Manajemen Kas, kredit dan pinjaman, foreign exchange dan Pembiayaan Perdagangan dan Piutang.

Sementara Head of International Subsidiary Banking PT Bank HSBC Indonesia, Charles Kho mengatakan, oleh karena negara-negara lain juga bersaing untuk FDI, mesin investasi Indonesia harus dapat berjalan lebih cepat dan meningkatkan intensitas promosi investasi.

"Proposisi perbankan internasional yang komprehensif memungkinkan HSBC untuk dapat memberikan layanan terbaiknya bagi perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia dalam berbagai siklus investasi, baik sebagai investor baru di negara ini maupun investor lama yang ingin memperluas bisnis mereka di Indonesia,” kata Charles Ko.

Menurutnya, perusahaan-perusahaan tersebut membutuhkan mitra perbankan global yang dapat dipercaya dan sudah dikenal oleh perusahaan induk, dan juga mampu memberikan layanan yang menarik dan konsisten bagi anak perusahaan mereka di Indonesia.

“Kami membantu para klien dalam mewujudkan ambisi pertumbuhan mereka,” ucapnya.

Hal senada disampaikan oleh Eri Budiono. HSBC Indonesia senantiasa berkomitmen untuk menjadi bagian dari perjalanan pertumbuhan Indonesia.

“Terutama dalam menghubungkan Indonesia ke seluruh dunia dan menjadi mitra keuangan pilihan bagi klien kami,” tutupnya.

Untuk informasi lebih lengkap mengenai HSBC silahkan cek di link ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI